Mengenai Alien, Indonesia Mulai Mencari Tempat Layak Huni Selain Bumi

- 15 November 2020, 17:53 WIB
Ilustrasi alien
Ilustrasi alien /Ribastank//Pixabay

Tuban bicara - Baru-baru ini masyarakat dikejutkan dengan sebuah pernyataan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) mengenai pencarian Alien.

Pasalnya, Indonesia akan mulai mencari kehidupan di luar Bumi dengan cara penelitian pada 2021 dengan menggunakan anggaran sebesar Rp340 miliar.

Dilansir dari rri.co.id, Peneliti LAPAN, Rhorom Priyatikanto mengatakan penelitian itu sudah berada dalam rencana strategis penelitian LAPAN.

Baca Juga: Jalin Komunikasi dengan Sekutu AS di Asia, Biden Janji Perbaiki Komitmen Pertahanan

Dalam strategi itu, salah satunya Indonesia akan memulai untuk mencari kehidupan lain atau alien dan tempat layak huni selain Bumi.

"Langkah awal dalam pencarian kehidupan lain di luar Bumi adalah mencari planet dengan kondisi yang dinilai layak huni," kata Rhorom.

Nantinya, LAPAN juga akan memulai studi fenomena transien dan exoplanet merupakan salah satu bentuk fenomena transien.

Baca Juga: Dinilai Bawa Dampak Positif, Masyarakat Indonesia Sambut Baik Kemenangan Biden

Objek-objek transien adalah benda langit yang tidak tetap cahayanya, muncul dengan tiba-tiba dan berangsur-angsur menghilang kembali, definisi ini mencakup objek-objek seperti nova, supernova, semburan sinar gamma (GRB), dan suar AGN atau suar yang dilepaskan oleh inti galaksi aktif.

"Dalam rencana strategis penelitian kami, tahun depan LAPAN akan memulai studi fenomena transien, yakni fenomena yang terjadi secara insidental. Salah satu tujuannya adalah deteksi dan karakterisasi exoplanet," jelasnya.

Ia mengatakan jika exoplanet masuk fenomena transien karena sebuah exoplanet baru bisa terdeteksi apabila sedang melewati bintang induknya.

Baca Juga: Biden Presiden Terpilih, Pengamat Prediksikan Harga Emas Berkilau Kembali

Metode bernama transit ini mencatat penurunan kecerahan ketika sebuah planet melintasi bintang induk.

Bahkan, lanjutnya, penurunan kecerahan menandakan ada sebuah objek yang sedang melintasi bintang induk.

"Bisa nova, supernova, flare/kilatan pada bintang, gerhana bintang, exoplanet yang sedang lewat depan bintang induknya, GRB, dan sebagainya," ujar Rhorom.

Baca Juga: Sampaikan Pidato Kemenangan, Biden Serukan Persatuan dan Rekonsiliasi

Rhorom percaya diri LAPAN mampu melakukan program penelitian exoplanet mengingat beroperasinya Observatorium Nasional Timau di Nusa Tenggara Timur.

Nantinya, fasilitas Observasi Nasional Timau di NTT dibangun bersama dengan ITB, UNDANA dan pemerintah daerah (pemda) setempat.

Sementara itu, fasilitas observasi ini rencanayanya akan mengoperasikan teleskop 50 cm tahun ini.

Baca Juga: Kalah dari Biden, Trump: Saksi Tidak Boleh Masuk Ruang Perhitungan

Adapun program ini mendapat anggaran Rp 340 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Kalau untuk teleskop 50 cm, kira-kira sekitar Rp 1 miliar. Kurang lebih sekitar Rp 340 miliar yang bersumber dari APBN," ujar Rhorom Priyantikanto.

Ia menjelaskan bahwa saat ini LAPAN memiliki teleskop reflektor berdiameter 50 cm. Menurutnya, inilah senjata terbaik LAPAN di Kupang.

Baca Juga: Meski Penghitungan Suara Belum Usai, Biden Semakin Dekati Kemenangan

"Sementara ini, teleskop reflektor berdiameter 50 cm adalah senjata terbaik kami di Kupang. Akhir tahun 2021, kami berharap datangnya teleskop yang lebih besar, yakni teleskop dengan diameter cermin 380 cm," tuturnya.

Untuk diketahui, perburuan exoplanet memang telah dilakukan oleh peneliti dari berbagai negara, namun Indonesia belum memulai perburuan ini meski telah memiliki lembaga antariksa LAPAN.

Baru-baru ini, dua peneliti membuka kemungkinan soal keberadaan kehidupan di exoplanet yang mereka identifikasi. Sampai saat ini, mereka telah mengidentifikasi menemukan 1.004 deret bintang yang mungkin memiliki kehidupan.***

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: rri.co.id


Tags

Terkait

Terkini

x