Wiji Thukul pun masuk dalam daftar hitam pemerintahan Soeharto. Ia menjadi buronan rezim.
Hingga membuat penyair tersebut melarikan diri dari satu tempat ke tempat lain.
Berdasarkan pengakuan istrinya, Diah Sujirah alias Sipon, Thukul meninggalkan keluarganya pada awal Agustus 1997.
Dan kontak terakhirnya dengan Wiji Thukul terjadi pada awal Februari 1998.
Baca Juga: Dengan Puisi Wiji Thukul Melawan
Karya-karya Wiji Thukul
Kumpulan karya Wiji Thukul terkolase apik dalam buku berjudul "Aku Ingin Jadi Peluru". Di dalamnya ada judul puisi bernama "Peringatan" di mana ada satu paragraf dengan sebutir kalimat yang punya popularitas melebihi penciptnya, yakni:
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang/
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan/
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan/
Maka hanya ada satu kata: lawan!//
Baca Juga: Puisi Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa Karya Wiji Thukul
Meski Wiji Thukul sudah dinyatakan hilang, karyanya masih ada yang masih dibacakan hingga sekarang, seperti: Puisi untuk Adik, Di bawah selimut kedamaian palsu, Peringatan, (tanpa judul), dan Hari itu aku akan bersiul-siul.