Meneladani Nilai Anti Korupsi dari Bung Hatta

- 6 Desember 2020, 20:48 WIB
Bung Hatta
Bung Hatta /Dul/

Tuban Bicara - Dalam lirik lagu Iwan Fals berjudul Bung Hatta terdapat kalimat, “Hujan air mata dari pelosok negeri, saat melepas engkau pergi, berjuta kepala tertunduk haru…..”. Hal tersebut menggambarkan bagaimana rakyat Indonesia sedang berkabung karena wafatnya proklamator tercinta dan kusuma bangsa yakni Bung Hatta.

Sosok Mohammad Hatta dikenal sebagai negarawan besar Indonesia. Kisah hidupnya penuh warna. Ayahnya berasal dari keluarga ulama, sedangkan ibunya berasal dari keluarga pedagang. Bung Hatta lahir di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902. Ia terlahir dengan nama Mohammad Athar.

Sederhana, jujur, lugu, dan bijaksana. Begitulah kepribadian Bung Hatta. Merujuk pada buku Belajar Integritas kepada Tokoh Bangsa (KPK, 2014) kala itu, Sekretaris Kabinet Maria Ulfah menyodorkan uang Rp6 juta yang merupakan sisa dana nonbujeter untuk keperluan operasional Bung Hatta selama menjabat wakil presiden.

Baca Juga: Belajar Nilai Anti Korupsi dari Ki Hadjar Dewantara

Namun dana itu ditolak Bung Hatta. Ia mengembalikan uang itu kepada negara. Mohammad Hatta melakukan itu karena ia tak ingin meracuni diri dan mengotori jiwanya dari rezeki yang bukan haknya. Karena dia selalu teringat pepatah Jerman, Der Mensch ist, war est izt yang berarti sikap manusia sepadan dengan caranya mendapat makan.

Mengingat kedudukan Bung Hatta di negeri ini mengemban amanah yang penting. Tidak membuat ia berlaku sewenang-wenang dan menuruti kehendak pribadinya. Seperti wajarnya manusia biasa, Bung Hatta memiliki impian yang berkaitan dengan materi yakni sepatu Bally.

Pada tahun 1950-an, Bally merupakan merek sepatu berkualitas tinggi. Harganya tidak murah. Demi sepatu itu, ia berusaha menabung. Namun uangnya tidak pernah mencukupi karena digunakan untuk keperluan rumah tangga, membantu handai taulan dan kerabat yang meminta bantuan.

Baca Juga: Tips 'Cara Menangani Rasa Takut pada Anak'

Hingga akhir hayatnya, Mohammad Hatta tak pernah bisa memiliki sepatu idamannya. Potongan iklan yang memuat alamat penjual sepatu Bally menjadi saksi bisu keinginan Bung Hatta yang tidak tercapai.

Halaman:

Editor: Yogi Abdul Gofur


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x