Tentu saja penelian survei ini dari sisi perlembaga survei partai tidak begitu memastikan, pasalnya sebagai contoh ada calon Presiden A dari partai A yang memiliki nilai elektabilitas yang tinggi jika di bandingkan dengan calon presiden yang lain. Yang kemudian klaim akan mengalahkan Capres lainnya.
Namun, ketika survei dengan survei lembaga B, bisa juga yang memiliki elektabilitas tinggi capres B, kemudian di survei lagi muncul capres C yang juga sama. Begitu seterusnya, maka mulailah muncul nama nama tokoh tokoh bahkan personal seperti Gubernur Jawa Tengah Pak Ganjar Pranowo,
Gubernur Jabar Ridwal Kamil, bahkan sampai nama Mentri BUMN Erick Tohir dan masih banyak lagi dari ketua partai Demokrat, Partai PKB, Ketua DPR RI Puan Maharani, dan masih banyak lainya.
Kesimpulannya bahwa calon-calon ini memiliki profil elektabilitas yang berbeda ketika di survei oleh lembaga yang notabene berbeda.
Jadilah keanekaragaman yang memunculkan banyak nama dengan berbagai sudut pandang yang berbeda pula.