Manuskrip Nasihun dan Kebudayaan di Tuban

- 24 Februari 2021, 08:44 WIB
Tangkap Layar DIskusi Publik dengan tema Menelisik Budaya Tuban dalam Perspektif Filologi
Tangkap Layar DIskusi Publik dengan tema Menelisik Budaya Tuban dalam Perspektif Filologi /

Tuban Bicara - Tuban sebagai wilayah administrasi negara dan budaya meninggalkan banyak warisan budaya yang terdapat dalam sumber tulisan, artefaktual dan lisan.

Dari peninggalan-peningalan tersebut, ada beberapa manuskrip yang layak dikaji melalui disiplin ilmu filologi, arkeologi, sastra serta sejarah.

Salah satunya yaitu manuskrip Nazham Nasihun Pondok Pesantren Langitan yang dikaji oleh Dr. Masyhudi, M, Ag melalui kegiatan diskusi publik yang diselenggarakan oleh tubanbicara.com dengan tema "Menelisik Budaya Tuban dalam Perspektif Filologi". Selasa, 23 Februari 2021.

Baca Juga: Sentil Rachland Nashidik, Putri Sulung Gus Dur Alissa Wahid: Jadi Next Time Hati-hati ya, Jangan Asal!

Manuskrip Nazham Nasihun Pondok Pesantren Langitan dalam metode kerja filologi:
1. Aspek fisik manuskrip
a. Nama manuskrip: Nazham Nasihun
b. Kode: dengan Kode Lang: 70
c. Pengarang: Sayyid Ahmad Dahlan di Makkah
d. Penulis: Muhammad Khalil
e. Penulis ulang: Kh. Muhammad Sholeh Langitan
f. Jumlah lembar: Rechto/verso (depan/belakang) 6 lembar
g. Jumlah halaman 12
h. Tulisan: Arab dan Pegon
i. Bahasa: Arab dan jawa ada pada ta'liqat
j. Bentuk: Nazhom

Baca Juga: Soroti Banjir di Ibu Kota Jakarta, Gun Romli: Bersabarlah, Omongan Konyol Seperti Ini Akan Sampai Tahun Depan

2. Teks Manuskrip
a. Awal Teks
1). Al Arudl
Teks Nashi Mustaf'ilun

Baca Juga: Soroti Kinerja KPK, Ferdinand Hutahaean: yang Ngomong Dilemahkan Itukan Cuma Novel Baswedan dan Kelompoknya

Alhamdulilla

2). Al Qawafi
Nama qofiyah yang terkandung dari bait-bait nazham di atas bernama Qofiyah Mutaradif. Tiap akhir satar dan bait terdapat dua huruf mati yang ber-iringan. Huruf mati yang beriringan itu pertamanya berupa salah satu huruf layyinah yaitu: ya', wawu dan alif.

Baca Juga: Lama Tak Kelihatan, Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono Tiba-tiba Beberkan Ini

b. Tengah teks
Pemikiran yang tertera dalam naskah ini berangkat dari wahyu, bukan dari akal semata. Ide ini berangkat dari isi kebudayaan yaitu sistem kategorisasi dua kutub yang menyatakan bahwa di dunia ini terdapat kelompok Tuhan dan kelompok Syetan.

Baca Juga: Viral! Desa di Kabupaten Tuban Mendadak Jadi Miliarder Usai Jual Tanah Kepada Pertamina
"Wahai kawan! Aku menasehatimu. Putuskanlah hubungan dengan orang yang meninggalkan sholat # Mereka adalah golongan syetan dan golongan pembangkang dan durhaka # Mereka adalah adalah pasukan iblis dan kelompok orang kasar lagi pelupa # Hindari duduk bersama mereka atau mereka dianggap sebagai orang pembangkang dan penentang # Hindari bergaul dengan mereka.

Sesungguhnya saya memberi nasihat kepadamu dan memberikan larangan # Hindari menjawab pembicaraanya kecuali hanya untuk memberi nasihat, Ambillah nasihat ini dan sebarkanlah.

c. Manuskrip Nasihun dan kebudayaan Tuban
Budaya Tuban dalam cita manuskrip Nasihun yaitu pertempuran antara kelompok Tuhan melawan kelompok Syetan.

Baca Juga: Bupati Tuban Terbitkan Surat Edaran PPKM Berbasis Mikro, AKBP Ruruh Wicaksono: Ini Pembatasan Tingkat RT/RW

Kebudayaan ini berasal dari Makkah, selain belajar agama di Sidosermo Surabaya dan Pondok Pesantren Sembilan Madura, Kh.

Ahmad Shalih Langitan juga belajar di Masjidil Haram kepada Syeikh Ahmad Zaini Dahlan.

Islam dalam manuskrip Nasihun itu langsung dari Makkah ketika beribadah Haji pada tahun 1289 H (1872 M) atau akhir abad ke-19 Masehi.

Baca Juga: Sampai Kapan Pandemi COVID-19 Akan Berakhir? Simak Penjelasan dari Pendiri Microsoft Bill Gates

Sumber: Manuskrip Nasihun Pondok Pesantren Langitan disajikan dalam Menelisik Budaya Tuban dalam Perspektif Filologi oleh Dr. Masyhudi, M,Ag. (Dosen Arkeologi UINSA)

***

 

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: Manuskrip Nasihun


Tags

Terkait

Terkini

x