aku benamkan ke dalam batin kebal rasa.
Rajasinga demi rajasinga aku kalahkan.
Sampai pada suatu hari
aku merasa demam tinggi
dan tubuhku serasa tanpa tulang.
Sejak saat itu
aku dirundung sakit tak tersembuhkan.
Sakit kepala sering datang tiba-tiba.
Rasa lemas tanpa daya.
Kanker rahim.
Berulang kali keputihan.
Bagaikan barang rongsokan
nilaiku merosot
menjadi pelacur ketengan.
Mengembara ke Kalidere,
Muara Angke, Tanah Abang Bongkaran,
dan Jati Petamburan.
Sebagai mahluk setengah bangkai
aku terlindung di tempat-tempat ini.
Yang sudah sah
menjadi gua-gua sampah
Aku bercampur dengan mereka.
Cendawan-cendawan kehidupan
Menghibur para lelaki kumuh
yang pura-pura lupa kemiskinan.
Akhirnya, akang
aku tersingkir ke Kalijodo.
Tanpa rumah
Tanpa kesehatan
Tanpa perlindungan.
Kini, di malam hari,
teronggok di tepi jalan raya ini
sambil menghadap kiblat arah desa kita,
aku merasa mengambang
di udara yang gelap gulita.
Seakan aku mabuk dan mati rasa.
Jasadku tak berdaya.
Dunia lenyap
Segala macam peristiwa berlalu.
Namun tanpa aku duga,
di dalam senyap muncul wajahmu.
Ada kehangatan terasa dijidatku.
Kepada bayangan wajahmu
aku tembangkan kawih asih yang berdebu
dengan mulutku yang bisu, biru, ternganga dan kaku
Akang, kamu seperti dewa.