Puisi Mas Kumambang Karya W.S. Rendra

- 16 Januari 2021, 15:16 WIB
ILUSTRASI Puisi Mas Kumambang Karya W.S. Rendra./Pixabay/anapaula_feriani/
ILUSTRASI Puisi Mas Kumambang Karya W.S. Rendra./Pixabay/anapaula_feriani/ /

Cucu-cucuku!
Negara terlanda gelombang zaman edan.
Cita-cita kebajikan terhempas waktu,
lesu dipangku batu.

Tetapi aku keras bertahan
mendekap akal sehat dan suara jiwa,
biarpun tercampak di selokan zaman.

Bangsa kita kini seperti dadu
terperangkap di dalam kaleng utang,
yang dikocok-kocok oleh bangsa adikuasa,
tanpa kita berdaya melawannya.
Semuanya terjadi atas nama pembangungan,
yang mencontoh tatanan pembangunan
di zaman penjajahan.

Baca Juga: Lirik Syiir Tanpo Waton dan Bahasa Jawa dan Indonesia

Tatanan kenegaraan,
dan tatanan hukum,
juga mencontoh tatanan penjajahan.
Menyebabkan rakyat dan hukum
hadir tanpa kedaulatan.
Yang sah berdaulat
hanyalah pemerintah dan partai politik.

O, comberan peradaban!
O, martabat bangsa yang kini compang-camping!

Negara gaduh.
Bangsa rapuh.
Kekuasaan kekerasan merajalela.
Pasar dibakar.
Kampung dibakar.
Gubuk-gubuk gelandangan dibongkar.
Tanpa ada gantinya.
Semua atas nama takhayul pembangunan.
Restoran dibakar.
Toko dibakar.
Gereja dibakar.
Atas nama semangat agama yang berkobar.

Baca Juga: Sinopsis Samudra Cinta 16 Januari 2021 Malam Ini, Benarkah Mentari Masih Hidup?

Apabila agama menjadi lencana politik,
maka erosi agama pasti terjadi!
Karena politik tidak punya kepala.
Tidak punya telinga. Tidak punya hati.
Politik hanya mengenal kalah dan menang.
Kawan dan lawan.
Peradaban yang dangkal.

Meskipun hidup berbangsa perlu politik,
tetapi politik tidak boleh menjamah
ruang iman dan akal
di dalam daulat manusia!

Halaman:

Editor: Edison T


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x