Karya Puisi Nizar Qabbani Penyair dari Arab

15 Januari 2021, 14:57 WIB
Ilustrasi Karya Puisi Nizar Qabbani Penyair dari Arab /Pixabay/DGlodowska/

Tuban Bicara - Sejarah sastra di dunia begitu pesat dalam peradaban manusia, tak terkeculai dengan Negara Arab yang melahirkan banyak sastrawan dan penyair Arab hebat dimasanya.

Puisi-puisi yang dilahirkan dari penyair Arab memiliki ciri khas tersendiri. Banyak dari mereka menggunakan diksi alam yang menyentuh, membuat puisinya terasa lebih hidup dan dekat kepada pembaca.

Diksi atau pilihan kata merupakan kekayaan tersendiri bagi penyair. Dengan menggunakan diksi tertentu akan melahirkan efek metafora yang kuat. Alam atau lingkungan seringkali dipilih sebagai diksi dalam puisi.

Baca Juga: Karya Puisi Nazik Al-Malaikah Penyair dari Arab

Inilah Puisi dari Penyair Arab bernama Nizar Qabbani yang lahir di Damaskus, 21 Maret 1923. Ia pernah bekerja di Departemen Luar Negeri Suriah dan bertugas di Mesir dan Inggris.

Namun, pada tahun 1944 ia tinggalkan pekerjaannya untuk mencurahkan perhatian pada satu-satunya hal yang ia cintai: puisi. Karya-karya Qabbani terdiri dari lusinan antologi puisi yang sangat populer di dunia Arab. Banyak puisinya yang dijadikan lirik lagu para penyanyi Arab kontemporer. Karena sikap politiknya, ia pernah dimusuhi oleh para pemimpin negara-negara Arab hingga terpaksa mengasingkan diri ke London, Inggris. Ia meninggal pada tahun 1998 di London

Dia menulis Puisi dengan Judul Pelajaran Menggambar

Pelajaran Menggambar

Anakku meletakkan kotak gambarnya di depanku
lalu memintaku menggambar seekor burung.
Kucelupkan kuasku pada cat abu itu
kugambar sebuah kotak dengan kunci dan palang pintu.
Matanya terbelalak heran:
“… Ayah, bukankah ini penjara,
tahukah kau bagaimana menggambar burung?”

Kukatakan padanya: “Nak, maafkan aku.
Aku sudah lupa pada bentuk burung-burung.”
Anakku meletakkan buku gambarnya di depanku
lalu memintaku menggambar tangkai gandum.

Baca Juga: Karya Puisi Ahmad Abd Al-Mu’ti Hijazi Penyair dari Arab

Kugenggam pena
lantas kugambar tangkai senapan.
Anakku menertawakan kebodohanku,
bertanya
“Ayah, tak tahukah engkau, perbedaan
tangkai gandum dan senapan?”

Kukatakan padanya, “Nak,
aku pernah mengetahui bentuk tangkai gandum
sekerat roti
dan kembang mawar.

Tapi di saat segenting ini
pohon-pohon hutan telah bergabung
dengan pasukan tentara
mawar-mawar mengenakan seragam yang kusam.

Kini saatnya tangkai gandum bersenjata
burung-burung bersenjata
budaya bersenjata
bahkan agama pun bersenjata.

Baca Juga: Karya Puisi Ali Mahmud Taha Penyair dari Arab

Kau tak bisa membeli roti
tanpa menemukan peluru di dalamnya
kau tak bisa memetik mawar
tanpa duri memercik di wajahmu
kau tak bisa membeli sebuah buku
yang tak meledak di sela jemarimu.”

Anakku duduk di tepi tempat tidur
lalu memintaku membacakan sebuah puisi.
Sebutir airmata jatuh di atas bantal.
Anakku merabanya, heran, berkata:
“Ayah, ini airmata, bukan puisi!”
Lalu kukatakan padanya:
“Nak, saat engkau tumbuh dewasa,
dan membaca diwan-diwan puisi Arab
kau akan temukan bahwa puisi dan air mata tiada bedanya.
Dan puisi-puisi Arab
tak ubahnya kucuran airmata dari jemari yang menulis.”

Baca Juga: Karya Puisi Mahmoud Darwish Penyair dari Arab

Anakku meletakkan pena dan kotak krayon miliknya
di depanku
lalu memintaku menggambar sebuah tanah air untuknya.
Kuas di tanganku seketika gemetar
aku tenggelam, dan menangis.

Begitulah karya puisi dari Nizar Qabbani, semoga bermanfaat.***

Editor: Edison T

Tags

Terkini

Terpopuler