Elektabilitas PDIP dan Gerindra turun, Alasannya?

- 6 Januari 2021, 07:25 WIB
Foto Lambang Partai Gerindra (kiri) dan PDIP (kanan).
Foto Lambang Partai Gerindra (kiri) dan PDIP (kanan). /Kolase foto Instagram.com/@gerindra dan @pdiperjuangan

Tuban Bicara - Temuan survei yang dilakukan Voxpopuli Research Center seperti dalam siaran persnya, di Jakarta, Selasa, menunjukkan PDIP dan Gerindra mengalami penurunan tajam.

Elektabilitas partai politik seiring pergantian tahun mengalami penurunan.

Bahkan PDI Perjuangan yang merupakan pemenang Pileg 2019 elektabilitas-nya juga menurun.

PDIP anjlok dari sebelumnya 33,5 persen (Juni 2020) dan 31,3 persen (Oktober 2020), kini hanya berada di angka 19,6 persen.

Baca Juga: Presiden Jokowi  Lakukan Vaksinasi COVID-19 pada 13 Januari disiarkan Secara Langsung.

Baca Juga: Ikatan Cinta: Sikap Emak-Emak Melihat Hubungan Andin dan Elsa. Begini Responnya

Demikian pula dengan Gerindra yang sebelumnya stabil di angka 14,1 persen (Juni 2020) dan 13,9 persen (Oktober 2020), merosot hanya tinggal 9,3 persen.

Elektabilitas parpol-parpol lain cenderung stabil, hanya tiga parpol yang mengalami kenaikan, yaitu Demokrat, PKS, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Elektabilitas PSI naik dari 4,5 persen (Juni 2020) dan 4,7 persen (Oktober 2020) menjadi 4,9 persen.

Sementara itu, PKS elektabilitas-nya naik dari 5,3 persen (Juni 2020) dan 5,6 persen (Oktober 2020) menjadi 8,1 persen.

Lalu Demokrat naik dari 3,4 persen (Juni 2020) dan 3,3 persen (Oktober 2020) menjadi 5,1 persen.

"Demokrat, PKS, dan PSI mengalami kenaikan elektabilitas ketika parpol-parpol lain anjlok atau stabil," kata Direktur Eksekutif Voxpopuli Research Center Dika Moehamad.

Menurut Dika, turunnya elektabilitas parpol-parpol ada kaitannya dengan kasus korupsi yang membelit dua figur menteri dari PDIP dan Gerindra.

Baca Juga: Setelah Dilakukannya Pengawasan Terhadap Abu Bakar Ba'asyir, Ternyata Begini Alasan Polri

Baca Juga: Lirik dan Chord Kunci Gitar Lagu Malaysia Memori Berkasih - Achik Spin Feat. Siti Nordiana

Hal tersebut memberi keuntungan politik khususnya bagi parpol-parpol di luar pemerintahan, yaitu Demokrat dan PKS.

Parpol-parpol lain stabil elektabilitas-nya, seperti Golkar (9,8 persen-8,7 persen-8,4 persen), PKB (6,4 persen-5,9 persen-5,5 persen), NasDem (4,3 persen-3,8 persen-3,6 persen), dan PPP (2,7 persen-2,0 persen-2,1 persen).

Pada papan bawah, terdapat PAN yang elektabilitas-nya terus merosot (1,4 persen-1,2 persen-0,9 persen).

Konflik internal yang melanda dan munculnya parpol baru Partai Ummat yang digawangi Amien Rais membuat posisi PAN makin terancam.

Lainnya adalah Perindo (0,8 persen-0,6 persen-0,4 persen), Hanura (0,6 persen-0,5 persen-0,3 persen), dan Berkarya (0,4 persen-0,2 persen-0,1 persen).

Baca Juga: Lirik dan Chord Kunci Gitar Lagu Malaysia Suara Hatiku - Nike Ardilla, Reff : Ku Tak Akan Bersuara

Baca Juga: Amunisi Baru Di Miliki Timnas Indonesia U-19, Kelana Noah mahessa: Merasa Nyaman Dengan Tim-nya

Baca Juga: Tersangka Korupsi, Di Geluti Mantan Pejabat BPN Senilai Rp 1,4 Triliun?

Parpol lainnya tidak mendapat dukungan, sedangkan partai baru Gelora 0,1 persen dan Ummat 0,2 persen.

"Anjloknya elektabilitas PDIP dan Gerindra sebagian besar lari ke golput, dimana responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab naik signifikan, dari 12,2 persen (Juni 2020) dan 18,3 persen (Oktober 2020) melesat menjadi 31,4 persen," tutur Dika menjelaskan.

Survei Voxpopuli Research Center dilakukan pada 26-31 Desember 2020, melalui telepon kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.***

Editor: Imam Sarozi

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah