'Berbakti untuk Kemanusiaan Tanpa Pamrih', Perjuangan Nasional Perangi Penyebaran Covid-19

- 5 Desember 2020, 06:27 WIB
Aulia Giffarinnisa, Dokter RSDC Wisma Atlet (tengah), bersama Yusrin Zata Lini seorang relawan yang tergabung dalam Gerakan Jurnalis Bergerak (kanan), saat Dialog Produktif Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang disiarkan secara Live melalui akun youtube Lawan Covid19 ID, Jakarta, Jumat (04/12/2020)
Aulia Giffarinnisa, Dokter RSDC Wisma Atlet (tengah), bersama Yusrin Zata Lini seorang relawan yang tergabung dalam Gerakan Jurnalis Bergerak (kanan), saat Dialog Produktif Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang disiarkan secara Live melalui akun youtube Lawan Covid19 ID, Jakarta, Jumat (04/12/2020) /Doc kominfo.go.id/

Tuban Bicara Menyambut Hari Sukarelawan Internasional bertajuk “Berbakti untuk Kemanusiaan Tanpa Pamrih”, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menyelenggarakan Dialog Produktif secara Virtual di Jumat (04/12/2020).

Perjuangan nasional memerangi penyebaran Covid-19 menempatkan tenaga medis berada di garis terdepan. Aulia Giffarinnisa, seorang dokter muda asal Sulawesi Selatan ingin mengabdikan dirinya untuk terjun langsung membantu sesama rekan sejawatnya yang tengah berjuang membaktikan tenaga menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet saat ini.

Baca Juga: Sering Cekcok dengan Pasangan Karena Konflik yang Sama? Ingat 6 Hal ini

“Keputusan jadi relawan itu sudah ada sejak April. Saya sebelumnya bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah di Sulawesi Selatan. Hati saya ingin berkontribusi dan tidak bisa hanya diam di rumah saja. Akhirnya pada Agustus orang tua merestui keinginan saya, setelah sejak April saya meminta restu. Saya mulai bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet bulan September,” ujarnya. dikutip Tuban Bicara dari laman resmi kominfo.go.id.


Dalam diskusi itu, Aulia mengungkapkan bahwa menangani pasien Covid-19 bukan hal mudah, selain harus terus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama 8 jam, para tenaga medis juga harus kuat menahan rasa haus dan lapar.

Baca Juga: Terombang-ambing di laut, Empat Nelayan Indonesia diselamatkan Kapal MV Arsinoe di Selat Malaka

“Kami bekerja bergiliran selama delapan jam. Biasanya dari pukul enam pagi sampai jam dua siang. Tapi karena memakai APD kita mulai persiapan dari jam 5 pagi, dan harus puasa selama delapan jam itu, karena kita tidak melepaskan APD bahkan untuk ke toilet. Kalau kita minum pasti ingin ke toilet,” terangnya.

Seacara khusus, dalam dialog tersebut, Aulia yang juga Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ini menyampaikan harapannya kepada pemerintah terkait dengan upaya untuk pengadaan vaksin.

Baca Juga: Taiwan Tangguhkan Penerimaan PMI, Ini Tanggapan Kemnaker RI

Halaman:

Editor: Imam Sarozi

Sumber: kominfo.go.id


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x