Network
Tuban Bicara - Sejarah awal mula Hari Ibu di Indonesia yaitu pada tanggal 22 Desember, ditetapkan sebagai Hari Ibu oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 yang menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.
Peran ibu dalam kehidupan seseorang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Sejak mengandung, melahirkan, sampai anak itu dewasa, ibu merupakan sosok yang tidak pernah berubah, Bahkan tidak pernah tergantikan.
Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw, mengisyaratkan agar berbakti kepada ibu tiga kali lebih besar daripada berbakti kepada ayah.
Baca Juga: Resep Masakan Ayam Sprite, Begini Caranya
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra. yang menceritakan bahwa suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasulillah Saw. untuk menanyakan terkait seorang ibu:
مَنْ أحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ:أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ :أُمُّكَ، قَالَ :ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ :أُمُّكَ، قَالَ :ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ :أَبُوْكَ
“Siapakah di antara manusia yang paling berhak kami sikapi dengan baik. Nabi menjawab: ibumu. Orang itu bertanya lagi: siapa lagi setelah itu?. Nabi menjawab: ibumu. Orang itu bertanya lagi: siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab: ibumu. Orang itu bertanya lagi: siapa lagi setelah itu. Nabi kemudian menjawab, ayahmu.”
Baca Juga: Rebahan dengan Durasi Lama Bisa Pengaruhi Kesehatan Fisik dan Mental
Baginda Muhammad melanjutkan dalam sabdanya seperti “Surga di bawah telapak kaki ibu” menjadikan kita umatnya yang ingin menggapai surga bisa tersampaikan, jika mereka menempuh jalan birrul walidain atau berbakti orang tua, berkhidmah kepada mereka, terkhusus kepada ibu.
Dengan menempuh jalan itu (birrul walidain) secara absolut dan tanpa kita sadari, sebagai umat kita sudah menjalankan perintah Nabi dengan taat, cinta, dan kasih sayang. Dikutip dari kitab Mafahim Yajibu An Tushahhaha, hlm. 215-216. WaAllahu a'lam.***
