Ibrah dari Pengalaman Nabi Musa Menampar Muka Sang Malaikat Maut

- 10 Februari 2021, 08:37 WIB
Ibrah dari Pengalaman Nabi Musa Menampar Muka Sang Malaikat Maut
Ibrah dari Pengalaman Nabi Musa Menampar Muka Sang Malaikat Maut /Pixabay/

Tuban Bicara – Setiap Nabi mempunyai kepribadian dan pengalaman masing-masing. Seperti halnya Nabi Musa ‘alaihissalam yang pernah menampar muka sang malaikat.

Ketika malaikat maut datang kepadanya dalam wujud seorang pria yang akan mencabut nyawanya, Nabi Musa ‘alaihissalam langsung menampar muka sang malaikat hingga bola matanya pecah.

Kemudian, Allah pun memberikan dua pilihan kepadanya: apakah akan beralih ke hadirat-Nya atau tetap berada di dunia beberapa lama lagi hingga malaikat maut kembali datang menjemput nyawanya.

Baca Juga: Motif Transaksi Gunakan Dinar dan Dirham, Polisi: Ingin Ikuti Era Nabi

Namun, Nabi ‘alaihissalam memilih untuk segera bersanding di sisi Tuhannya dan meninggalkan kepenatan dan hiruk-pikuk kehidupan dunia. Maka Allah mengabulkan doanya untuk didekatkan dengan Tanah Suci (Baitul Maqdis) sejauh lemparan batu. Konon, kuburannya pun berada di sana. Dikutip dari islam.nu.or.id, 9 Februari 2021.

Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya:

Baca Juga: Doa Yang Diajarkan Nabi Ketika Mengalami Kesulitan

”Malaikat maut datang kepada Nabi Musa ‘alaihissalam dan berkata, “Penuhilah panggilan Tuhanmu!” Namun spontan Musa menampar mata malaikat hingga bola matanya terpecah.

Akhirnya, malaikat maut kembali kepada Allah dan menyampaikan, “Sesungguhnya Engkau telah mengutusku menemui hamba yang tidak menginginkan kematian. Akibatnya, mataku terpecah.”

Kemudian, Allah segera mengembalikan penglihatannya dan berfirman, “Kembalilah kepada hamba-Ku dan sampaikan padanya, apakah engkau terus menginginkan kehidupan? Jika engkau masih menginginkannya, letakkanlah tanganmu pada punggung sapi jantan. Satu bulu yang tertutupi tanganmu, maka engkau akan hidup satu tahun.”

NabiBaca Juga: Tanggapi Peringatan Maulid Nabi di Pekalongan, Ganjar : Acara Terpaksa Ditunda Lagi

Musa bertanya, “Lalu apa setelah itu?” Allah menjawab, “Tetaplah engkau akan meninggal.” Musa berkata lagi, “Wahai Tuhanku, sekarang kupilih kematian itu dalam waktu dekat.”

Kemudian Nabi Musa menyampaikan keinginannya, “Matikanlah aku dekat Tanah Suci (Baitul Maqdis) sedekat lemparan batu.” Terakhir, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menambahkan, “Demi Allah, andai aku berada di sisinya, niscaya akan aku perlihatkan kepada kalian kuburannya berada di pinggir jalan, tepatnya pada gundukan pasir.”

Baca Juga: Alasan PP Muhammadiyah Sebut Orang yang Bertemu Nabi Tidak Perlu Disampaikan Ke Publik

Pesan dan pelajaran penting dari kisah di atas adalah:
1. Hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa sebelum dicabut nyawa, para nabi selalu diberikan pilihan: apakah memilih tambahan hidup, ataukah memilih segera berpulang ke rahmat Allah, sebagaimana halnya Nabi Musa ‘alaihissalam. Bahkan, berkenaan dengan hal ini, ‘Aisyah pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berucap saat sakit terakhirnya, “Ya Allah, kupilih al-Rafîq al-Alâ (surga).” Dari ucapan itu, ‘Aisyah tahu bahwa al-Rafîq al-‘Alâ itu lebih baik, makanya beliau memilih itu.

Baca Juga: Presiden Perancis Hina Nabi Muhammad, Ketua PWNU Jatim : Umat Muslim Harus Intropeksi

2. Para malaikat mampu menunjukkan diri dalam wujud manusia. Tak terkecuali saat menemui Nabi Musa ‘alaihissalam.

3. Kematian itu sesuatu yang pasti dan tak bisa ditolak. Andai di antara kita ada yang selamat darinya, tentu para nabi dan rasul juga sudah selamat.

4. Tingginya kedudukan Nabi Musa ‘alaihissalam sampai-sampai mampu menampar malaikat maut hingga bola matanya terpecah. Andai bukan karena kedudukan Nabi Musa ‘alaihissalam di sisi Allah, niscaya malaikat maut akan melakukan pembalasan berat kepadanya.

Baca Juga: Baca Hadis Nabi Muhammad, Joe Biden Janji Perlakukan Islam Sebagaimana Mestinya

5. Kuburan Nabi Musa ‘alaihissalam berada di Tanah Suci Baitul Maqdis. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri telah memberi tahu keberadaan kuburannya. Bahkan, beliau menyebutkan beberapa tanda keberadaan tersebut, yaitu di samping jalan, tepat pada gundukan pasir.

6. Nabi Musa ‘alaihissalam menginginkan kuburannya berada dekat dengan tanah yang penuh berkah. Karena itu, tidak ada salahnya jika ada seseorang yang juga ingin meninggal di tanah yang penuh berkah itu.

7. Tanah Suci dimaksud memiliki batasan-batasan yang telah diketahui. Nabi Musa ‘alaihissalam pun meminta kepada Allah untuk mendekatkan dirinya pada tanah itu sedekat lemparan batu. Tetapi demikian, jenazahnya dikuburkan di luar tanah tersebut. (Lihat: Umar Sulaiman al-Asyqar, Shahih al-Qashash al-Nabawi, [Oman: Darun Nafais], 1997, Cetakan Pertama, hal. 97).***

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: Islam.nu.or.id


Tags

Terkait

Terkini

x