“Sekitar akhir Agustus, sebuah kapal survei China dan dua kapal penjaga pantai masuk ke ZEE Indonesia, meningkatkan ketegangan geopolitik antara kedua negara.” jelas The New Indian Express 7 Januari lalu.
Ketegangan terus meningkat saat China meminta Indonesia menghentikan eksplorasi migas di Blok Tuna Laut Natuna Utara.
Bahkan, jauh sebelum itu, tepatnya di tahun 2019, Indonesia dan China nyaris terlibat perang.
2 tahun sejak perubahan nama Laut Natuna Utara, Indonesia dikabarkan siap terlibat perang.
Hal ini seperti dikutip dari artikel terbitan Al Jazeera, yang berjudul "Dilema Jakarta... Bagaimana Negara Islam Terbesar Menjadi Arena Konflik antara Amerika dan China?" yang diterbitkan pada awal bulan Mei 2022.
Media berbahasa Arab itu mengungkap awal mula perseteruan Indonesia dan China di tahun 2019 silam.
"Peristiwa itu mengacu pada sengketa internasional atas salah satu wilayah yang paling disengketakan di dunia, karena Indonesia dan Cina mengklaim menguasai wilayah di Laut Cina Selatan yang terletak di perbatasan pulau-pulau 'Natuna' Indonesia, karena Cina menganggap bahwa sekitar 90% dari laut Yang memiliki luas 3,5 juta kilometer persegi lautnya sendiri, mengutip catatan penggunaan sejarah untuk mendukung klaimnya, sementara Indonesia yang terletak di pinggiran selatan Laut Cina Selatan menganggap bahwa daerah dengan perkiraan 1,9 triliun kaki kubik cadangan gas alam adalah zona ekonomi eksklusifnya di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Pada akhir 2019, dunia hampir menyaksikan konflik militer antara Indonesia dan Cina sebagai akibat dari praktik terakhir di kawasan ekonomi Pasifik, yang oleh Indonesia disebut 'Laut Natuna Utara' sementara Beijing menganggapnya sebagai daerah penangkapan ikan tradisional Cina.