Perdana Menteri Ethiopia Hentikan Operasi Militer di Tigray

29 November 2020, 15:38 WIB
Ilustrasi militer. //pexels/pixabay

Tuban Bicara - Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan bahwa operasi militer di wilayah Tigray selesai dan pasukan pemerintah pusat mengendalikan ibu kota wilayah itu.

"Saya senang menginformasikan bahwa kami telah menyelesaikan dan menghentikan operasi militer di wilayah Tigray," katanya dalam Twitter. Kurang dari satu jam sebelumnya, dia mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Pemerintah pusat sekarang sepenuhnya mengendalikan kota Mekelle". Sabtu 28 November 2020, dilansir Tuban Bicara dari antaranews.com

Hal ini merupakan perkembangan besar dalam perang selama tiga minggu yang mengguncang kawasan yang dijuluki Tanduk Afrika itu.

Baca Juga: Pecahkan Rekor, Kapal Selam Tiongkok Live Streaming dari Dasar Palung Mariana

Namun pemimpin pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang telah memerangi pasukan Ethiopia sejak 4 November, mengatakan TPLF tidak menyerah.

"Kebrutalan mereka hanya dapat menambah tekad kami untuk melawan penyerbu ini sampai akhir," kata pemimpin TPLF Debretsion Gebremichael dalam sebuah pesan.

Ditanya oleh Reuters dalam pesan teks apakah itu berarti pasukannya akan terus bertempur, dia menjawab:

Baca Juga: Daya Tarik Candi Gunung Kawi di Bali
"Tentu. Ini perkara mempertahankan hak kami untuk menentukan nasib sendiri."ujar pemimpin TPLF.

Tidak ada tanggapan segera dari pemerintah untuk pernyataan ini.

Dalam keterangannya, Abiy mengatakan polisi akan terus mencari dan menahan para pemimpin TPLF.

Baca Juga: Awali Aktifitas dengan Bacaan Basmalah, Begini Manfaatnya

"Polisi pemerintah pusat sekarang akan melanjutkan tugas mereka untuk menangkap penjahat TPLF dan membawa mereka ke pengadilan," kata perdana menteri, yang menyebut serangan pemerintah sebagai operasi penertiban hukum.

Tidak jelas apakah ada pemimpin TPLF yang menyerah. Debretsion mengatakan dalam pesan teks kepada Reuters bahwa pasukan mereka ditarik dari sekitar Mekelle.

Klaim dari semua pihak sulit untuk diverifikasi karena sambungan telepon dan internet ke wilayah itu terputus dan aksesnya dikontrol ketat sejak pertempuran dimulai.

Baca Juga: Upayakan Rumah Layak Huni, Kementerian PUPR Sosialisasikan Sistem e-FLPP 2.0 dan SiPetruk

Ribuan orang diyakini tewas selama pertempuran bulan ini, dan hampir 44.000 pengungsi melarikan diri ke negara tetangga, Sudan.

Tigray juga berbatasan dengan negara Eritrea dan konflik itu menimbulkan kekhawatiran tentang eskalasi di sekitar negara berpenduduk 115 juta orang, atau di wilayah itu.

Abiy mengatakan tentaranya memastikan pembebasan ribuan tentara dari Komando Utara, sebuah unit militer yang berbasis di Tigray, yang konon telah disandera oleh TPLF.

Baca Juga: HUT KORPRI ke-49, Pramono Anung: ASN Merupakan Mesin Penggerak Utama Pemerintah

Pasukan pusat telah menguasai "bandara, lembaga publik, kantor administrasi regional dan fasilitas penting lainnya," kata Abiy.

Perdana menteri sejauh ini menolak upaya mediasi. Abiy menuduh para pemimpin Tigray memulai perang dengan menyerang pasukan pusat di sebuah pangkalan di Tigray.

TPLF mengatakan serangan itu adalah pukulan pendahuluan.

Baca Juga: Menteri PPPA Ajak Generasi Muda Cegah KDRT Sejak Dini

Wilayah Tigray memiliki sejarah perlawanan gerilya dan memanfaatkan dataran tinggi dan perbatasan luar negerinya untuk keuntungannya melalui perjuangan bersenjata selama bertahun-tahun pada 1980-an melawan pemerintahan Marxis.***

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: Antaranews.com

Tags

Terkini

Terpopuler