Kumpulan Puisi Romantis Sapardi Djoko Damono

- 12 Januari 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi Kumpulan Puisi Romantis Sapardi Djoko Damono
Ilustrasi Kumpulan Puisi Romantis Sapardi Djoko Damono /PIXABAY/Carola68

Tuban Bicara - Siapa yang tidak kenal dengan penyair dan sastrawan terkenal Indonesia, dia Sapardi Djoko Damono seorang penulis produktif, terutama karya-karya puisi romantis yang memberikan semangat dalam kehidupan.

Dari setiap orang pasti memiliki perbedaan dalam menulis puisi, kalau Sapardi memiliki ciri khas tersendiri, dia menggunakan diksi yang sederhana, dan mengandung makna sangat mendalam.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia itu menulis puisi dalam beragam tema, tidak sedikit juga tentang cinta. Puisi cinta buah hasil karya Sapardi begitu romantis dan memiliki daya magis yang dapat menyentuh hati para pembaca.

Baca Juga: Karya Puisi Pilihan Chairil Anwar

Inilah diantara Puisi-puisi Romantis Hasil karya Sapardi Djoko Damono :

1. Pada Suatu Hari Nanti 

pada suatu hari nanti 
jasadku tak akan ada lagi 
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri 

pada suatu hari nanti 
suaraku tak terdengar lagi 
tapi di antara larik-larik sajak ini 
kau akan tetap kusiasati 

pada suatu hari nanti 
impianku pun tak dikenal lagi 
namun di sela-sela huruf sajak ini 
kau takkan letih-letihnya kucari    

Baca Juga: Puisi Sang Pemimpin Pemberani untuk Gus Dur

2. Aku Ingin 

aku ingin mencintaimu dengan sederhana: 
dengan kata yang tak sempat diucapkan 
kayu kepada api yang menjadikannya abu 

aku ingin mencintaimu dengan sederhana: 
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan 
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada 

3. Yang Fana Adalah Waktu 

Yang fana adalah waktu. Kita abadi: 
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga 
sampai pada suatu hari 
kita lupa untuk apa 

“Tapi, 
yang fana adalah waktu, bukan?” 
tanyamu. Kita abadi 

Baca Juga: Dua Puisi Joko Pinurbo yang harus kamu baca di perantuan

4. Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta 

mencintai angin 
harus menjadi siut 
mencintai air 
harus menjadi ricik 
mencintai gunung 
harus menjadi terjal 
mencintai api 
harus menjadi jilat 

mencintai cakrawala 
harus menebas jarak 

mencintai-Mu 
harus menjelma aku 

5. Hujan Bulan Juni 

tak ada yang lebih tabah 
dari hujan bulan juni 
dirahasiakannya rintik rindunya 
kepada pohon berbunga itu 

tak ada yang lebih bijak 
dari hujan bulan juni 
dihapusnya jejak-jejak kakinya 
yang ragu-ragu di jalan itu 

tak ada yang lebih arif 
dari hujan bulan juni 
dibiarkannya yang tak terucapkan 
diserap akar pohon bunga itu 

Baca Juga: Dua Puisi Joko Pinurbo yang harus kamu baca di perantuan

6. Hanya 

hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana

hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu

hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu

7. Hatiku Selembar Daun 

Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput;

Nanti dulu,
biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;

Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

Baca Juga: Bacakan 3 Puisi ini, Pasti Luluh Hati Gebetan Kamu

8. Dalam Doaku 

dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang 
mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di 
ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang 
tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu 

dalam magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat 
perlahan dari nun jauh di sana, bersijingkat di jalan kecil itu, 
menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh- nyentuhkan 
pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku     

dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang 
dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah 
batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang 
tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku 

aku mencintaimu, itu sebabnya aku tak pernah selesai 
mendoakan keselamatanmu 

Baca Juga: Karya Puisi Pilihan Chairil Anwar

9. Tentu. Kau Boleh 

Tentu. Kau boleh mengalir 
di sela-sela butir darahku, 
keluar masuk dinding-dinding jantungku, 
menyapa setiap sel tubuhku. 

Tetapi jangan sekali-kali 
pura-pura bertanya kapan boleh pergi   
atau seenaknya melupakan percintaan ini 

Sampai huruf terakhir 
sajak ini, Kau-lah yang harus 
bertanggung jawab 
atas air mataku.  

10. Sajak Tafsir  

Kau bilang aku burung?
Jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang, dan batu.
Aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin.
Aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah,
tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku
ke dalam bahasa abu.
Tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam.

Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu.
Tolong ciptakan makna bagiku,
apa saja — aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba.***

Editor: Edison T


Tags

Terkait

Terkini

x