Bukan Bobby Atau Gibran, Inilah Anak Muda yang Ideal Sebagai Kepala Daerah Menurut Pakar Politik

10 Desember 2020, 21:05 WIB
Putra dan Menantu Presiden Jokowi. Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Bobby Nasution (kanan). /Instagram/@gibran_rakabuming dan Instagram/@bobbynst

Tuban Bicara - Anak dan menantu Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution berpeluang besar memenangi pertarungan dalam pilkada 2020.

Menurut hasil hitung cepat lembaga survei Charta Politica, pasangan Gibran-Teguh memperoleh 87.15% suara sedangkan Bobby Nasution-Aulia Rachman unggul 55,02% suara.

Ketika disinggung tentang fenomena Kepala Daerah muda, salah satu pengajar progam Studi Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Tri Hendra Wayudi menjatuhkan pilihannya pada M. Nur Arifin, Bupati Trenggalek yang kembali terpilih sebagai sosok ideal. 

Baca Juga: Ma’ruf Amin Harapkan KPI Hadirkan Konten Siaran Nyaman dan Aman

Membandingkan antara M. Nur Arifin dengan Gibran dan Bobby, 'kelebihan' yang dimiliki oleh Arifin adalah ia tidak memiliki beban nama besar di pundaknya. 

"Soal Arifin  mungkin agak berbeda, karena dia tidak punya beban, maka kalo boleh berharap, apakah tokoh-tokoh muda itu punya relevansi, keinginan kita untuk menggagas praktek-praktek yang lebih humanis."

Trenggalek menjadi kota yang memberikan gambaran bagaimana panggung yang ideal bagi anak muda dalam meniti karir politik.

Baca Juga: Bahas Hukuman Mati untuk Koruptor, Ketum Jokowi Mania: Kok KPK nya Jadi Banci!

Sejarah mencatat, anak-anak muda ini mendapat amanah dari masyarakat untuk memimpin meski belum genap 30 tahun dan yang penting, tanpa beban politik karena membawa nama besar.

"Di Trenggalek kita bisa berharap karena Arifin relatif lebih segar, di sisi beban politik dan Trenggalek juga punya track record, bupati sebelumnya kan juga jadi tokoh muda yang juga tidak memiliki beban.

Artinya masyarakat Trenggalek sudah dewasa, bisa menentukan pemimpin yang ideal dan muda, tidak hanya dari sisi umur, muda dalam arti yang sebenarnya, yang lepas dari beban-beban politik masa lalu." jelasnya.

Baca Juga: Sah! Ditetapkan sebagai Tersangka, Habib Rizieq Dicekal Selama 20 Hari dan Tak Boleh ke Luar Negeri

Pria yang juga aktif di Pusat Pesantren Universitas Brawijaya ini menuturkan bahwa Arifin menjadi sosok ideal karena tidak didukung oleh nama besar dari kerabat keluarganya.

"Relevansi anak muda itu cocok jika merujuk pada Arifin, dia kan tidak diusulkan sebagai kepala daerah, karena dia tidak dompleng nama besar dari orang-orang di belakangnya, ayahnya atau saudaranya, siapapun." jelasnya.

Pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Pusat Kajian Pemilu dan Demokrasi Universitas Brawijaya ini menyatakan tidak serta merta politisi muda selalu menawarkan sebuah kebaruan.

Baca Juga: Dibully di Medsos Bikin Sadar Diri, UAS: Kalau Terus Disanjung, Lama-lama Saya Bisa Jadi Fir'aun

Anak-anak muda ini rawan menjadi 'tawanan' dari sistem politik karena memiliki kedekatan dengan tokoh politik atau pejabat.

"Politisi muda dalam bayanganku ya kalo kemudian itu kita idealkan sebagai sosok yang bisa mendobrak sistem politik, dalam kebekuan politik yang serba teknokratis, itu tidak bisa dialamatkan kepada orang-orang atau anak-anak yang selama ini punya kedekatan dengan tokoh politik atau pejabat." ungkapnya. 

Hal yang menjadi tantangan, mungkin bisa menjadi hambatan bagi para kerabat dari tokoh politik adalah beban politik, baik dalam pembuktian maupun melakukan terobosan yang bertentangan dengan kepentingan tokoh politik tersebut.

Baca Juga: Tak Hanya Rizieq, 5 Orang Juga Jadi Tersangka, Muannas Alaidid: Tinggalkan Kehabibannya Jadilah WNI

"Bobby, Hanin (Hanindhito Himawan Pramana/Anak Pramono Anung, Politisi PDIP), Ghibran, mereka mempunyai beban politik yang besar. Ga mungkin mereka membuat terobosan yang signifikan. Apa yang telah diwariskan oleh orang tuanya, jadi beban itu tidak mungkin mereka kesampingkan dalam membuat kebijakan-kebijakan" pungkasnya. 

Patut diketahui, pada pilkada 2015 lalu, Trenggalek mencatat sejarah dengan rataan usia kedua pasangan bupati dan wakil bupati termuda, yaitu berusia 28 tahun.

Emil Dardak sendiri terpilih menjadi bupati Trenggalek pada pilkada 2020 saat berusia 31 tahun dan M. Nur Arifin berusia 25 tahun.

Baca Juga: Resmi! Status Habib Rizieq Shihab Jadi Tersangka, Kombes Pol Yusri Yunus: Ada 6 Orang

Sejauh ini, M Nur Arifin berpeluang menjadi orang nomor satu Trenggalek setelah melalui hitung cepat memperoleh dukungan sekitar 68%.

Tidak hanya itu, ia juga tercatat sejarah di Trenggalek, menjadi petahana yang mampu mempertahankan singgasananya, seperti yang pernah dikabarkan jurnalpresisi.com.***

 

 

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: jurnalpresisi.pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler