Puisi ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun,
karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah
pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti,
yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak adayang berkata-kata.
Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta,
nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Baca Juga: Puisi Nota untuk Umur 49 Karya Goenawan Muhammad
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok