Puisi LA RONDE
I
Senandung lupa pertemuan malam
Dengan dirinya, memisah di kamar
Meninggi musim hingga salju
Jatuh, hingga bertambah lapar
Dua kisah tak bertubuh
Rasuk-merasuk bau kehadirannya
"Sekira mati begini," bisik gelap
Di puncak nikmat, hingga ke subuh
Baca Juga: Puisi Jakarta 17 Agustus 45 Dini Hari Karya Sitor Situmorang
Terbaring di dada malam. "Milikku seluruh,"
erang detik mengalir dalam ciuman,
kegemasan bibir meraba waktu
memadat jadi tubuh perempuan.
Meninggi musim hingga ke subuh
Jendela dibuka melihat salju jatuh
II
Adakah yang lebih indah
dari bibir padat merekah?
Adakah yang lebih manis
Dari gelap dibayang alis?
Di keningnya pelukis ragu:
Mencium atau menyelimuti bahu?
Tapi rambutnya menuntun tangan
Hingga pinggulnya, penuh saran
Baca Juga: Puisi Jakarta 17 Agustus 45 Dini Hari Karya Sitor Situmorang
Lalu paha, pualam pahatan
Mendukung lengkung perut.
Berkisar di pusar, lalu surut
Agak ke bawah, ke pusat segala.