Sajak Si Burung Merak, 'Perempuan yang Tergusur'

- 7 Januari 2021, 19:20 WIB
Ilustrasi puisi yang bisa dibacakan di hari ibu.
Ilustrasi puisi yang bisa dibacakan di hari ibu. /PIXABAY/Carola68

Baca Juga: Sajak Si Burung Merak, 'Sagu Ambon'

Aku terjaga dan termangu
menatap rak buku-buku
mendengar hujan menghajar dinding
rumah kayuku.
Tiba-tiba pikiran mengganti mimpi
dan lalu terbayanglah wajahmu,
wahai perempuan yang tergusur!

Baca Juga: Sajak Si Burung Merak, 'He, Remco...'

Tanpa pilihan
ibumu mati ketika kamu bayi
dan kamu tak pernah tahu siapa ayahmu.
Kamu diasuh nenekmu yang miskin di desa.
Umur enam belas kamu dibawa ke kota
oleh sopir taxi yang mengawinimu.
Karena suka berjudi
ia menambah penghasilan sebagai germo.

Baca Juga: Sajak Si Burung Merak, 'Pertanyaan Penting'

Ia paksa kamu jadi primadona pelacurnya.
Bila kamu ragu dan murung,
lalu kurang setoran kamu berikan,
ia memukul kamu babak belur.
Tapi kemudian ia mati ditembak tentara
ketika ikut demontrasi politik
sebagai demonstran bayaran.

Baca Juga: Sajak Si Burung Merak, 'Ibu di Atas Debu'

Sebagai janda yang pelacur
kamu tinggal di gubuk tepi kali
di batas kota.
Gubernur dan para anggota DPRD
menggolongkanmu sebagai tikus got
yang mengganggu peradaban.
Di dalam hukum positif tempatmu tidak ada.
Jadi kamu digusur.

Baca Juga: Sajak Si Burung Merak, 'Pertemuan Malam'

Di dalam hujan lebat pagi ini
apakah kamu lagi berjalan tanpa tujuan
sambil memeluk kantong plastik
yang berisi sisa hartamu?
Ataukah berteduh di bawah jembatan?

Halaman:

Editor: Edison T


Tags

Terkait

Terkini