Bahas Proses Pelengseran Presiden Gus Dur, Said Aqil Siradj: Mudah-mudahan Tak Terulang

- 30 Desember 2020, 17:51 WIB
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj /- Foto : tangkapan layar Instagram @saidaqilsiroj53

Tuban Bicara - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Said Aqil Siradj mengatakan bahwa lengsernya Gus Dur dari jabatan Presiden Republik Indonesia menunjukkan terjadinya belokan sejarah bangsa Indonesia.

Sistem presidensial yang dianut oleh bangsa Indonesia diwarnai dengan kejadian diturunkannya presiden yang baru menjalankan tugasnya selama 23 bulan.

Padahal menurut Kiai Said, sudah jelas dalam sistem presidensial Indonesia, masa jabatan presiden adalah lima tahun dan bisa diturunkan jika terdapat pelanggaran yang mendasar yakni pelanggaran terhadap Pancasila dan UUD 1945.

Baca Juga: FPI Resmi Dibubarkan dan Jadi Ormas Terlarang, Guru Besar UI: FPI Bisa Bertambah Besar

“Terjadi belokan sejarah, pernah ada presiden dilengserkan tanpa ada alasan yang betul-betul nyata (inkonstitusional) sebelum habis masa jabatannya. Ini catatan sejarah kita, mudah-mudahan tidak terulang,” ungkapnya Rabu 30 Desember 2020, saat berbicara pada acara bedah buku Gus Dur Jatuh dari Kursi Presiden dan Keberpihakan Media Massa yang digelar secara virtual.

Peristiwa ini menurut Kiai Said menjadi peringatan dan pelajaran berharga sekaligus menjadi sejarah pahit yang diharapkan tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

Kiai Said berharap bangsa Indonesia menjadi bangsa yang beradab, sejahtera, dan mampu menjadi bangsa yang dihormati oleh bangsa lain.

Baca Juga: FPI Dibubarkan, Fadli Zon Murka: Ini Pembunuhan Demokrasi dan Menyelewengkan Konstitusi

Pada kesempatan tersebut, Kiai Said juga menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT membawa dua amanah. Yang pertama adalah amanah ilahiyah, samawiyah, muqaddasah yakni amanah yang bersifat ketuhanan, dari langit, dan sakral yaitu agama. Ada dua elemen dalam agama yakni akidah dan syariah (keimanan dan ritual ibadah).

menuntut setiap umat untuk berkreasi, cerdas, dan inovatif. Ada dua hal dalam hal ini yakni tsaqafah (keberhasilah dalam bidang sains) dan hadharah (kesejahteraan).

Halaman:

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: Galamedia.com


Tags

Terkait

Terkini

x