Konferensi Kebebasan Pers Dunia, UNESCO: Jurnalis Perempuan Sering Hadapi Serangan Ganda

- 9 Desember 2020, 22:48 WIB
Direktur dan Perwakilan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di Indonesia, Shahbaz Khan, berbicara dalam Konferensi Regional, menuju Konferensi Kebebasan Pers Dunia, yang diselenggarakan dari Jakarta, Rabu (9/12/2020). (ANTARA/Aria Cindyara)
Direktur dan Perwakilan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di Indonesia, Shahbaz Khan, berbicara dalam Konferensi Regional, menuju Konferensi Kebebasan Pers Dunia, yang diselenggarakan dari Jakarta, Rabu (9/12/2020). (ANTARA/Aria Cindyara) /

Tuban Bicara - Direktur dan Perwakilan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di Indonesia, Shahbaz Khan, mengatakan bahwa jurnalis perempuan sangat mengkhawatirkan. Jurnalis perempuan sering menghadapi serangan ganda yang dapat mengancam keselamatan.

“Kita harus mengingat dimensi gender dan keselamatan atas jurnalis, di mana jurnalis perempuan mengalami serangan ganda, pelecehan dan kekerasan ,” kata Shahbaz dalam Konferensi Regional, menuju Konferensi Kebebasan Pers Dunia, yang diselenggarakan dari Jakarta, Rabu, (09/12).

Baca Juga: MU Gagal di Liga Champions, Setelah ditaklukkan RB Leipzig 3-2

Shahbaz menjelaskan bahwa dalam hasil awal dari survey global UNESCO yang dipublikasikan dua pekan lalu, dikatakan bahwa 73 persen dari jurnalis perempuan di dunia telah mengalami serangan kekerasan online terkait profesi, di mana di dalamnya terdapat ancaman-ancaman kekerasan fisik dan seksual.

Tema ‘Journalism without fear and favour’ yang diangkat pada Konferensi Kebebasan Pers Dunia tahun ini juga menyoroti pentingnya memastikan bahwa para jurnalis dan praktisi media dapat menjalankan tugas untuk memberikan informasi kepada publik tanpa adanya ketakutan akan persekusi, pelecehan, dan penyerangan.

Baca Juga: Muannas Alaidid Anggap UAS Perkeruh Keadaan dan Terburu Nafsu

Baca Juga: Pemerintah Selesaikan 11 Proyek Strategis Nasional Senilai Rp135,2 Triliun

“Kita harus bergerak untuk media yang bebas, terlindungi, dan independen, dan untuk melindungi (pers) dari bahaya tekanan, kontrol, dan pengaruh yang tidak diinginkan, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang baru muncul,” tegasnya. Dikutip Tuban Bicara dari antaranews.com.

Oleh karena itu, dia meyakini bahwa perlindungan terhadap jurnalis perlu dilakukan secara holistik yang mencakup semua aspek, termasuk untuk jurnalis laki-laki dan perempuan, dalam lingkungan daring dan luring, serta dalam situasi konflik maupun non-konflik.

Halaman:

Editor: Imam Sarozi

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkait

Terkini

x