Puisi Perjalanan Malam Karya Goenawan Muhammad

- 21 Februari 2021, 18:49 WIB
Ilustrasi puisi.
Ilustrasi puisi. /PIXABAY/Carola68

Tuban Bicara - Goenawan Soesatyo Mohamad atau yang lebih dikenal dengan Goenawan Mohamad adalah seorang jurnalis dan sastrawan yang kritis dan berwawasan luas.

Tulisan Goenawan banyak mengangkat tema HAM, agama, demokrasi, dan korupsi banyak dimuat dimedia-media cetak dan online.

Ketika duduk di kelas VI SD, Goenawan mengaku menyenangi acara puisi siaran RRI.

Baca Juga: Puisi Dimuka Jendela Karya Goenawan Muhammad

Kemudian, kakaknya yang dokter (Kartono Mohamad, mantan Ketua Umum PB IDI) saat itu berlangganan majalah Kisah, asuhan H. B. Jassin.

Goenawan sendiri mulai menulis sejak berusia 17 tahun, dan dua tahun kemudian menerjemahkan puisi penyair wanita Amerika, Emily Dickinson.

Ia pernah menjadi Nieman fellow di Universitas Harvard dan menerima penghargaan Louis Lyons Award untuk kategori Consience in Journalism dari Nieman Foundation, 1997.

Baca Juga: Puisi Saya Cemaskan Sepotong Lumpur Karya Goenawan Muhammad

Secara teratur, selain menulis kolom Catatan Pinggir untuk Majalah Tempo, ia juga menulis kolom untuk harian Mainichi Shimbun (Tokyo).

Beginilah diantara beberapa karya Puisi Goenawan Muhammad.

Puisi PERJALANAN MALAM

 

Mereka berkuda sepanjang malam,

sepanjang pantai terguyur garam.

Si bapak memeluk dan si anak dingin,

menembus kelam dan gempar angin.

Baca Juga: Puisi Aun San Suu Kyi Karya Goenawan Muhammad

Adakah sekejap anak tertidur,

atau takutkan ombak melimbur?

“Bapak, aku tahu langkah si hantu,

ia memburuku di ujung itu.”

 

Si bapak diam meregang sanggurdi,

merasakan sesuatu akan terjadi.

“Kita teruskan saja sampai sampai,

sampai tak lagi terbujur pantai.”

 

“Tapi ‘ku tahu apa nasibku,

lepaskanlah aku dari pelukmu.”

“Tahanlah, buyung, dan tinggallah diam,

mungkin ada cahaya tenggelam.”

 Baca Juga: Puisi Kabut Karya Goenawan Muhammad

Namun si hantu tak lama nunggu:

dilepaskannya cinta (bagai belenggu).

Si anak pun terbang ke sebuah cuaca:

“Bapak, aku mungkin kangen di sana.”

1976

Begitulah karya Puisi Goenawan Muhammad, semoga bermanfaat bagi kalian semua yang baru belajar menulis puisi.***

Editor: Edison T


Tags

Terkait

Terkini

x