Tuban Bicara - Siapa yang tidak kenal dengan penulis handal dimasanya, dia adalah Sitor Situmorang Lahir 21 Oktober 1924 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Pendidikannya: HIS di Balige dan Sibolga, MULO di Tarutung, dan AMS di Jakarta. Ia memperdalam studi sinematografi di Los Angeles, California, Amerika Serikat (1956-1957).
Bermukim di Singapura (1942), Amsterdam (1950-1951), Paris (1952-1953). Sejak 1984 dia tinggal di Leiden dan Den Haag, Belanda.
Baca Juga: Puisi THE TALE OF TWO CONTINENTS Karya Sitor Situmorang
Dimasa kemerdekaan Indonesia, dia menjadi wartawan Suara Nasional (1945), Waspada (1947), Berita Nasional, dan Warta Dunia.
Dia pun pernah menjadi pegawai Jawatan Kebudayaan Departermen P&K, dosen Akademi Teater Nasional Indonesia, ketua Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia (1959-1965), anggota Dewan Nasional, anggota Dewan Perancang Nasonal, anggota MPRS, dan anggota Badan Pertimbangan Ilmu Pengetahuan Departermen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (1961-1962).
Beberapa karya Bukun yang sudah diterbitkan: Pertempuran dan Salju di Paris (1956) kumpulan cerita pendek; mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN untuk prosa yang terbit tahun 1955-1956.
Baca Juga: Puisi Paris Janvier Karya Sitor Situmorang
Peta Perjalanan (1976) kumpulan sajak; mendapat Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 1978 untuk buku puisi yang terbit tahun 1976-1977.
Sitor menulis puisi, cerita pendek, esei, lakon dan menerjemahkan beberapa karya sastra asing. Dia pun menulis puisi dalam bahasa asing.
Beginilah beberapa karya Puisi Sitor Situmorang yang populer.
Baca Juga: Puisi Jakarta 17 Agustus 45 Dini Hari Karya Sitor Situmorang
Puisi MATINYA JUARA JUDI
Telah berlaku agaknya
Hukum leluhur, tapi
Janganlah beri nama nanti
Pahlawanku mati apa
Di akhir kisah.
Dengarlah
Cerita orang tua-tua
Kusampaikan pada pembaca
Di seluruh negeri ia terkenal
Juara Judi tak ada bandingannya
Selalu menang dan
Dimenangkan
Segala ucapannya
Tak ada yang berani
Tiada yang mau membantah
Terlebih ketika minum arak
Di kedai-kedai
Baca Juga: Puisi Pendaratan Lama Karya Sitor Situmorang
Selain Juara Judi
Ia pemburu pula
Kalau bukan harimau,
Babi atau rusalah mangsanya
Ulung dalam tari
Membuat ukiran indah sekali
Serta memetik kecapi ....
Dan bila marah berbahaya serapahnya
Tapi dari segala korban
Isterinya yang paling menderita
Dua anaknya
Satunya putera satunya puteri
Tapi tak satu jadi kesukaannya
Kata orang, “Mana ‘kan pula,
Anak lahir, bapaknya di tempat judi.”
Baca Juga: Puisi Jakarta 17 Agustus 45 Dini Hari Karya Sitor Situmorang
Tibalah saat puteranya akan dikawinkan
Halnya dirundingkan
Si putera: Aku masih terlalu muda.
Si Bapak: Kawinlah sesukami, asal jangan
perempuan buta.
Si Ibu: Kawinlah, Nak, baik ada temanku.
Adik perempuannya
Tak sepatah pun berkata.
Hatinya terbelah antara Ibu penyabar
Dan si Bapak yang kejam
Namun dicintai sepenuhnya hati.
Si putera akhirnya kawin
dengan gadis pilihan ibunya
Si Bapak mendongkol sejak semula
Karena bukan pilihannya
Baca Juga: Puisi Pendaratan Lama Karya Sitor Situmorang
Tahun berganti tahun
Musim berganti musim
Juara Judi semakin tua
Puterinya pun dewasa
namun tak kunjung jodoh
Pula menantu ternyata mandul
Cucu diharap tak juga datang.
“Mana hanya satu anak laki
Menantu pilihan ibunya ternyata ladang mati
Mampus kau semua.”
Demikian kutuk Juara
Di saat pulang dari gelanggang judi.
Puteranya tak peduli
Putuskan pergi merantau
bersama isteri
Baca Juga: Puisi Jakarta 17 Agustus 45 Dini Hari Karya Sitor Situmorang
Berkata pada ibunya;
“Tak akan aku pulang
Jangan aku ditunggu
Atau Bapak mati dulu.”
Tinggallah ibunya sendirian
ditemani adiknya
Tak ada yang meminangnya
Orang takut menghadapi bapaknya
Yang kini jarang kembali
asyik berburu di hutan berhari-hari
Menghindar gelannggang judi
diburu kenangan pada putera satunya
di rantau jauh
Baca Juga: Puisi THE TALE OF TWO CONTINENTS Karya Sitor Situmorang
Di desa suatu ketika
sSampai kabar
Menantu mandul meninggal di rantau
Si Ibu yang menerima kabar
Menghempas badan ke lantai:
“Demikianlah nasibku
Kelahiranku yang kasip
Ditinggalkan orang hidup
Ditinggalkan orang mati.”
Puterinya yang diam di sampingnya
merasa sebatang kara
Juara lama tak pulang-pulang
Pindah ke desa lain
Kawin lagi
Harapkan anak laki pengganti
Penyambung keturunan
Sebelum ia mati
Baca Juga: Puisi Jakarta 17 Agustus 45 Dini Hari Karya Sitor Situmorang
Juara mendapat tiga anak
Dari isteri barunya
Semua perempuan
Tak ada laki
Suatu hari
ketika sakit berat
Pawang yang diundang
berkata:
“Adakan pesta korban
Undang isteri pertama
begitu pula puterinya
Mintalah pengampunan mereka
demi leluhur.”
Dengan berat hati
Juara kirim pesan
Agar isteri dan puterinya datang
Lalu ia menanti
Pesuruh pun pulang
Bawa berita meragukan:
Hati Juara dirundung bimbang
Isteri dan puteri
Mungkin datang, mungkin tidak
ban biar lupa gundahnya
Juara pergi berburu
di hari anak-isterinya
dikabarkan tiba
Baca Juga: Puisi THE TALE OF TWO CONTINENTS Karya Sitor Situmorang
Ia berburu di lereng gunung di hutan
di luar desa
Sepanjang hari
sampai sorenya
Menjelang malam
Di kampung ternyata anak-isterinya tiba
Tapi Juara tak tahu
asyik berburu rusa
Malamnyaia digotong
berlumuran darah
Katanya diterkam harimau
“Tak dapat lagi ditolong
Ajal menuntut sudah” – kata orang desa
Lalu ia dibaringkan
di tengah rumahnya dulu
di mana anak isterinya telah menunggu
Yang menyambutnya dengan kagu ratap:
“Kembali sudah, kembali juara
Juaraku pulang dari berburu rusa ....”
Pahlawan kita lalu mati
di pangkuan isteri yang ditinggalkan
Demikianlah desa kami
kehilangan pahlawannya.
1955
Baca Juga: Puisi Pendaratan Lama Karya Sitor Situmorang
Demikian lah karya puisi sitor situmorang, semoga bermanfaat bagi kalian semua dan memberikan motivasi untuk selalu semangat menulis puisi.***