Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran

- 20 Januari 2021, 15:58 WIB
ILUSTRASI puisi.
ILUSTRASI puisi. /Pixabay/ Lolame/

Tuban Bicara - Kahlil Gibran adalah seorang sastrawan yang lahir di Lebanon pada 6 Januari 1883 dan meninggal di New York City, Amerika Serikat, 10 April 1931 pada umur 48 tahun.

Dia adalah seorang seniman, penyair dan penulis yang mempunyai aliran romantik yang memadukan budaya timur dan barat.

Karyanya sudah banyak terkenal di berbagai belahan dunia dan karya yang paling populer adalah bukunya yang berjudul The Prophet.

Baca Juga: Puisi Ku Ingin tahu Siapa Karya Kahlil Gibran

Pada masa masih kecil Kahlil Gibran tinggal di Bsharri bersama dengan kedua orang tuanya dan kedua saudara perempuannya.

Daerah yang ia tinggali itu terkenal dengan daerah yang sering tertimpa bencana alam yang terus melanda yang kelak akan menginspirasi Kahlil Gibran untuk membuat karya karya mengenai alam.

Hingga pada umur 10 tahun Kahlil Gibran bersama keluarganya pindah ke Boston, Massachusetts, Amerika Serikat karena kesuitan ekonomi di Lebanon.

Baca Juga: Puisi Lagu Ombak Karya Kahlil Gibran

Di Amerika ia mulai belajar seni dan memulai karier sastra. Ia bersekolah umum di Boston.

Dua tahun bersekolah di sana bakat kesastraan dan melukisnya mulai menonjol sejak bersekolah di sekolah umum di Boston pada tahun 1895-1897.

Beginilah Karya Puisi Kahlil Gibran yang bisa kamu baca dengan waktu santai sembari menikmati secangkir kopi.

Baca Juga: Puisi Mimpi Karya Kahlil Gibran

Puisi Fikiran Dan Samadi
(Kahlil Gibran)

Hidup menjemput dan melantunkan kita dari satu tempat ke tempat yang lain;

Nasib memindahkan kita dari satu tahap ke tahap yang lain.

Dan kita yang diburu oleh keduanya, hanya mendengar suara yang mengerikan, dan hanya melihat susuk yang menghalangi dan merintangi jalan kita.

Keindahan menghadirkan dirinya dengan duduk di atas singgahsana keagungan;

tapi kami mendekatinya atas dorongan Nafsu ;

Merenggut mahkota kesuciannya, dan mengotori busananya dengan tindak laku durhaka.

Baca Juga: Puisi Guru Karya Kahlil Gibran

Cinta lalu di depan kita, berjubahkan kelembutan ;

tapi kita lari ketakutan, atau bersembunyi dalam kegelapan, atau ada pula yang malahan mengikutinya, untuk berbuat kejahatan atas namanya.

Meskipun orang yang paling bijaksana terbongkok kerana memikul beban Cinta,

tapi sebenarnya beban itu seiringan bayu pawana Lebanon yang berpuput riang.

Kebebasan mengundang kita pada mejanya agar kita menikmati makanan lazat dan anggurnya ;

tapi bila kita telah duduk menghadapinya, kita pun makan dengan lahap dan rakus.

Baca Juga: Puisi Hapus Air Matamu Karya Kahlil Gibran

Tangan Alam menyambut hangat kedatangan kita, dan menawarkan pula agar kita menikmati keindahannya ;

tapi kita takut akan keheningannya, lalu bergegas lari ke kota yang ramai,

berhimpit-himpitan seperti kawanan kambing yang lari ketakutan dari serigala garang.

Kebenaran memanggil-manggil kita di antara tawa anak-anak atau ciuman kekasih,

tapi kita menutup pintu keramahan baginya, dan menghadapinya bagaikan musuh.

Baca Juga: Sinopsis Drama Korea True Beauty, Akankah Cha Eun Woo dan Hwang In Yeob Bisa Baikan?

Hati manusia menyeru pertolongan ; jiwa manusia memohon pembebasan ;

tapi kita tidak mendengar teriak mereka, kerana kita tidak membuka telinga dan berniat memahaminya.

Namun orang yang mendengar dan memahaminya kita sebut gila lalu kita tinggalkan.

Malampun berlalu, hidup kita lelah dan kurang waspada, s

edang hari pun memberi salam dan merangkul kita.

Tapi di siang dan malam hari, kita sentiasa ketakutan.

Kita amat terikat pada bumi, sedangkan gerbang Tuhan terbuka lebar.

Kita memijak-mijak roti Kehidupan, sedangkan kelaparan memamah hati kita.

Baca Juga: Puisi Guru Karya Kahlil Gibran

Sungguh betapa budiman Sang Hidup terhadap Manusia,

namun betapa jauh Manusia meninggalkan Sang Hidup.

Dengan karya Puisi tersebut, semoga kamu termotivatis untuk semangat menulis dan memberikan semangat untuk kehidupan.***

Editor: Edison T


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x