Puisi Sajak Burung-burung Kondor Karya W.S. Rendra

- 18 Januari 2021, 14:50 WIB
Ilustrasi Puisi Sajak Burung-burung Kondor Karya W.S. Rendra
Ilustrasi Puisi Sajak Burung-burung Kondor Karya W.S. Rendra /pixabay/Gabriele M. Reinhardt

Tuban Bicara - W.S. Rendra yang memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto, dengan sapaan W.S. Rendra adalah seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia yang lahir di Solo, Hindia Belanda, 7 November 1935 dan meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun.

Sejak masih muda beliau sudah sering menulis puisi, skenario drama, menulis cerpen, dan esai sastra di media massa.

Beliau adalah penyair ternama yang kerap dijuluki dengan sebutan "Burung Merak".

Baca Juga: Puisi Sajak Bulan Purnama Karya W.S. Rendra

Rendra juga orang yang telah mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan telah melahirkan banyak seniman terkenal.

Seperti Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi dan lain-lain.

Namun Bengkel Teater itu akhirnya kocar kacir karena tekanan politik dan Rendra memindahkannya ke Depok pada tahun 1985.

Berikut ini karya-karya puisi W.S. Rendra, bagi kalian yang sedang mencari puisi karya WS Rendra yang melegenda. Kami menyuguhkan satu per satu diantara puluhan karya puisinya.

Baca Juga: Puisi Nota Bene Karya W.S. Rendra

Puisi Sajak Burung-burung Kondor
(W.S. Rendra) Yogya, 1973

Angin gunung turun merembes ke hutan,
lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas,
dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau.
Kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para petani buruh
yang terpacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya.
Para tani buruh bekerja,
berumah di gubug-gubug tanpa jendela,
menanam bibit di tanah yang subur,
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara.
Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah.

Baca Juga: Puisi Sajak Pulau Bali Karya W.S. Rendra
Keringat mereka menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa.
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan,
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi,
dan menjawab dengan mengirim kondom.
Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyatku.
Dari pagi sampai sore,
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,
menggapai-gapai,
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,
di dalam usaha tak menentu.
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah,
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,
dan sukmanya berubah menjadi burung kondor.
Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan disana mendapat hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati.

Baca Juga: Puisi Sajak Bulan Purnama Karya W.S. Rendra

Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam marah menjerit,
bergema di tempat-tempat yang sepi.
Burung-burung kondor menjerit
di batu-batu gunung menjerit
bergema di tempat-tempat yang sepi
Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu,
mematuki batu-batu, mematuki udara,
dan di kota orang-orang„ bersiap menembaknya.

Baca Juga: Puisi Sajak Bulan Purnama Karya W.S. Rendra

Begitulah puisi dari W.S. Rendra, Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kamu untuk belajar menulis puisi sekaligus meneladani perjalanan sastrawan-sastrawan hebat yang lahir dari Indonesia.***

Editor: Edison T


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x