Puisi Sajak Sebotol Bir Karya W.S. Rendra

- 18 Januari 2021, 15:10 WIB
ILUSTRASI Puisi Sajak Sebotol Bir Karya W.S. Rendra.
ILUSTRASI Puisi Sajak Sebotol Bir Karya W.S. Rendra. /Pixabay/ Lolame/

Baca Juga: Puisi Sajak Kenalan Lamamu Karya W.S. Rendra
Dimanakah jalan lalu lintas yang dulu ?
Yang neghubungkan desa-desa dengan desa-desa ?
Kini telah terlantarkan.
Menjadi selokan atau kubangan.
Jalanlalu lintas masa kini,
mewarisi pola rencana penjajah tempo dulu,
adalah alat penyaluran barang-barang asing dari
pelabuhan ke kabupaten-kabupaten dan
bahan alam dari kabupaten-kabupaten ke pelabuhan.
Jalan lalu lintas yang diciptakan khusus,
tidak untuk petani,
tetapi untuk pedagang perantara dan cukong-cukong.
Kini hanyut di dalam arus peradaban yang tidak kita kuasai.
Di mana kita hanya mampu berak dan makan,
tanpa ada daya untuk menciptakan.
Apakah kita akan berhenti saampai di sini ?
Apakah semua negara yang ingin maju harus menjadi negara industri ?

Baca Juga: Puisi Sajak Mata-mata Karya W.S. Rendra
Apakah kita bermimpi untuk punya pabrik-pabrik
yang tidak berhenti-hentinya menghasilkan­­..
harus senantiasa menghasilkan­.
Dan akhirnya memaksa negara lain
untuk menjadi pasaran barang-barang kita ?
Apakah pilihan lain dari industri hanya pariwisata ?
Apakah pemikiran ekonomi kita
hanya menetek pada komunisme dan kapitalisme ?
Kenapa lingkungan kita sendiri tidak dikira ?
Apakah kita akan hanyut saja
di dalam kekuatan penumpukan
yang menyebarkan pencemaran dan penggerogosan
terhadap alam di luar dan alam di dalam diri manusia ?

Baca Juga: Puisi Sajak Burung-burung Kondor Karya W.S. Rendra
Kita telah dikuasai satu mimpi
untuk menjadi orang lain.
Kita telah menjadi asing
di tanah leluhur sendiri.
Orang-orang desa blingsatan, mengejar mimpi,
dan menghamba ke Jakarta.
Orang-orang Jakarta blingsatan, mengejar mimpi
dan menghamba kepada Jepang, Eropa, atau Amerika.

Baca Juga: Puisi Sajak Kenalan Lamamu Karya W.S. Rendra

Begitulah puisi dari W.S. Rendra, Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kamu untuk belajar menulis puisi sekaligus meneladani perjalanan sastrawan-sastrawan hebat yang lahir dari Indonesia.***

Halaman:

Editor: Edison T


Tags

Terkait

Terkini