Puisi Sajak SLA Karya W.S. Rendra

- 17 Januari 2021, 15:08 WIB
Ilustrasi puisi.
Ilustrasi puisi. /pixabay/Gabriele M. Reinhardt

Tuban Bicara - W.S. Rendra yang memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto, dengan sapaan W.S. Rendra adalah seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia yang lahir di Solo, Hindia Belanda, 7 November 1935 dan meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun. Sejak masih muda beliau sudah sering menulis puisi, skenario drama, menulis cerpen, dan esai sastra di media massa.

Beliau adalah penyair ternama yang kerap dijuluki dengan sebutan "Burung Merak". Rendra juga orang yang telah mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan telah melahirkan banyak seniman terkenal. Seperti Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi dan lain-lain. Namun Bengkel Teater itu akhirnya kocar kacir karena tekanan politik dan Rendra memindahkannya ke Depok pada tahun 1985.

Berikut ini karya-karya puisi W.S. Rendra, bagi kalian yang sedang mencari puisi karya WS Rendra yang melegenda. Kami menyuguhkan satu per satu diantara puluhan karya puisinya.

Baca Juga: Puisi Sajak Joki Tobing untuk Widuri Karya W.S. Rendra

Puisi Sajak SLA
(W.S. Rendra) Yogya, 22 Juni 1977


Murid-murid mengobel klentit ibu gurunya

Bagaimana itu mungkin ?

Itu mungkin.

Karena tidak ada patokan untuk apa saja.

Semua boleh. Semua tidak boleh.

Tergantung pada cuaca.

Tergantung pada amarah dan girangnya sang raja.

Tergantung pada kuku-kuku garuda dalam mengatur kata-kata.


Ibu guru perlu sepeda motor dari Jepang.

Ibu guru ingin hiburan dan cahaya.

Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor.

Dan juga ingin jaminan pil penenang,

tonikum-tonikum dan obat perangsang yang dianjurkan oleh dokter.

Maka berkatalah ia

Kepada orang tua murid-muridnya :

Kita bisa mengubah keadaan.

Anak-anak akan lulus ujian kelasnya,

terpandang di antara tetangga,

boleh dibanggakan pada kakak mereka.

Soalnya adalah kerjasama antara kita.

Jangan sampai kerjaku terganggu,

karna atap bocor.

Baca Juga: Puisi Sajak Seorang Tua Untuk Anaknya Karya W.S. Rendra
Dan papa-papa semua senang.

Di pegang-pegang tangan ibu guru,

dimasukan uang ke dalam genggaman,

serta sambil lalu,

di dalam suasana persahabatan,

teteknya disinggung dengan siku.


Demikianlah murid-murid mengintip semua ini.

Inilah ajaran tentang perundingan,

perdamaian, dan santainya kehidupan.


Ibu guru berkata :

Kemajuan akan berjalan dengan lancar.

Kita harus menguasai mesin industri.

Kita harus maju seperti Jerman,

Jepang, Amerika.

Sekarang, keluarkanlah daftar logaritma.


Murid-murid tertawa,

dan mengeluarkan rokok mereka.

Karena mengingat kesopanan,

jangan kalian merokok.

Kelas adalah ruangbelajar.

Dan sekarang : daftar logaritma !

Baca Juga: Puisi Sajak Peperangan Abimanyu Karya W.S. Rendra
Murid-murid tertawa dan berkata :

Kami tidak suka daftar logaritma.

Tidak ada gunanya !

kalian tidak ingin maju ?

Kemajuan bukan soal logaritma.

Kemajuan adalah soal perundingan.

Jadi apa yang kaian inginkan ?

Kami tidak ingin apa-apa.

Kami sudah punya semuanya.

Kalian mengacau !

Kami tidak mengacau.

Kami tidak berpolitik.

Kami merokok dengan santai.

Sperti ayah-ayah kami di kantor mereka :

santai, tanpa politik

berunding dengan Cina

berunding dengan Jepang

menciptakan suasana girang.

Dan di saat ada pemilu,

kami membantu keamanan,

meredakan partai-partai.

Baca Juga: Puisi Sajak Seonggok Jagung Karya W.S. Rendra
Murid-murid tertawa.

Mereka menguasai perundingan.

Ahli lobbying.

Faham akan gelagat.

Pandai mengikuti keadaan.

Mereka duduk di kantin,

minum sitrun,

menghindari ulangan sejarah.

Mereka tertidur di bangku kelas,

yang telah mereka bayar sama mahal

seperti sewa kamar di hotel.

Sekolah adalah pergaulan,

yang ditentukan oleh mode,

dijiwai oleh impian kemajuan menurut iklan.

Dan bila ibu guru berkata :

Keluarkan daftar logaritma !


Murid-murid tertawa.

Dan di dalam suasana persahabatan,

mereka mengobel ibu guru mereka.

Baca Juga: Puisi Sajak Joki Tobing untuk Widuri Karya W.S. Rendra

Begitulah puisi dari W.S. Rendra, Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kamu untuk belajar menulis puisi sekaligus meneladani perjalanan sastrawan-sastrawan hebat yang lahir dari Indonesia.***

Editor: Edison T


Tags

Terkait

Terkini

x