Kumpulan Contoh Syair Puisi Karya Gus Mus, Joko Pinurbo, W.S Rendra dan Sapardi Djoko Damono

12 Mei 2022, 13:40 WIB
Kumpulan Contoh Syair Puisi Karya Gus Mus, Joko Pinurbo, W.S Rendra dan Sapardi Djoko Damono /Pexels/Thirdman

TUBANBICARA.com - Artikel ini berisi informsi tentang sejumlah syair puisi yang diciptakan oleh Gus Mus, Joko Pinurbo, W.S Rendra, Sapardi Djoko Damono.


Lalu bagaimana karya-karya sang maestro tersebut, TUBAN BICARA sudah merangkumnya dari berbagai sumber:

1. Gus Mus

Ibu

Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawah
Dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
Yang tergelar lembut bagiku
Melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku
Siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir
Membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, laut dan langit
Yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak sorga
Di telapak kakimu

Baca Juga: Puisi Sajak Putih buat Kekasih Karya Gus Mus

(Tuhan,
aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
menyampaikan kasih sayang-Mu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasih-Mu Amin)

Baca Juga: Puisi Selama ini di Negerimu Karya Gus Mus


2. W.S. Rendra

Jangan Takut Ibu

Matahari musti terbit.
Matahari musti terbenam.
Melewati hari-hari yang fana
Ada kanker payudara, ada encok,
dan ada uban.
Ada Gubernur sarapan bangkai buruh pabrik,
Bupati mengunyah aspal,
Anak-anak sekolah dijadikan bonsai.

Baca Juga: Puisi Sajak Sebotol Bir Karya W.S. Rendra


Jangan takut, Ibu !

Kita harus bertahan.
Karena ketakutan
meningkatkan penindasan.
Manusia musti lahir.
Manusia musti mati.
Di antara kelahiran dan kematian
bom atom di jatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki,
serdadu-serdadu Jepaang memenggal kepala patriot-patriot Asia,
Ku Klux Klan membakargereja orang Negro,
Teroris Amerika meledakkan bom di Oklahoma
Memanggang orangtua, ibu-ibu dan bayi-bayi,
di Miami turis Eropa dirampok dan dibunuh,
serdadu inggris membantai para pemuda di Irlandia,
orang Irlandia meledakkan bom di London yang tidak aman

Baca Juga: Puisi Sajak Tangan Seorang Karya W.S. Rendra

Jangan takut, Ibu !

Jangan mau digertak
Jangan mau di ancam
Karena ketakutan
meningkatkan penjajahan
Sungai waktu
menghanyutkan keluh-kesah mimpi yang merangas.
Keringat bumi yang menyangga peradaban insane
menjadi uranium dan mercury.
Tetapi jangan takut, Ibu
Bulan bagai alis mata terbit di ulu hati
Rasi Bima Sakti berzikir di dahi
Aku cium tanganmu, Ibu !
Rahim dam susumu adalahpersemaian harapan
Kekuatan ajaib insan
Dari Zaman ke Zaman.

Baca Juga: Puisi Sajak Burung-burung Kondor Karya W.S. Rendra

3. Sapardi Djoko Damono

Ibu

Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua. Ia
adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi
ayahku. Ayah sudah meninggal, ia dikuburkan di sebuah
makam tua di kampung itu juga, beberapa langkah saja
dari rumah kami. Dulu Ibu sering pergi sendirian ke
makam, menyapu sampah, dan kadang-kadang,
menebarkan beberapa kuntum bunga. “Ayahmu bukan
pemimpi,” katanya yakin meskipun tidak berapi-api, “ia
tahu benar apa yang terjadi.”

Baca Juga: Puisi Cat Air untuk Rizki Karya Sapardi Djoko Damono

Kini di makam itu sudah berdiri sebuah sekolah,
Ayah digusur ke sebuah makam agak jauh di sebelah
utara kota. Kalau aku kebetulan pulang, Ibu suka
mengingatkanku untuk menengok makam ayah,
mengirim doa. Ibu sudah tua, tentu lebih mudah
mengirim doa dari rumah saja. “Ayahmu dulu sangat
sayang padamu, meskipun kau mungkin tak pernah
mempercayai segala yang dikatakannya.”

Baca Juga: Puisi Sonet 4 Karya Sapardi Djoko Damono

Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, sambil
menengok ke luar jendela pesawat udara, sering
kubayangkan Ibu berada di antara mega-mega. Aku
berpikir, Ibu sebenarnya lebih pantas tinggal di sana, di
antara bidadari-bidadari kecil yang dengan ringan
terbang dari mega ke mega – dan tidak mondar-mandir
dari dapur ke tempat tidur, memberi makan dan
menyusui anak-anaknya. “Sungguh, dulu ayahmu sangat
sayang padamu,” kata Ibu selalu, “meskipun sering
dikatakannya bahwa ia tak pernah bisa memahami
igauan-igauanmu.”

Baca Juga: Puisi Sudah Lama Aku Belajar Karya Sapardi Djoko Damono


4. Joko Pinurbo

Surat untuk Ibu

Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu.
Saya lagi sibuk demo memperjuangkan nasib saya
yang keliru. Nantilah, jika pekerjaan demo
sudah kelar, saya sempatkan pulang sebentar.
Oh ya, Ibu masih ingat Bambang, 'kan?
Itu teman sekolah saya yang dulu sering numpang
makan dan tidur di rumah kita. Saya baru saja
bentrok dengannya gara-gara urusan politik
dan uang. Beginilah Jakarta, Bu, bisa mengubah
kawan menjadi lawan, lawan menjadi kawan.

Baca Juga: Puisi Tuhan datang Malam Ini Karya Joko Pinurbo

Semoga Ibu selalu sehat bahagia bersama penyakit
yang menyayangi Ibu. Jangan khawatirkan
keadaan saya. Saya akan normal-normal saja.
Sudah beberapa kali saya mencoba meralat
nasib saya dan syukurlah saya masih dinaungi
kewarasan. Kalaupun saya dilanda sakit
atau bingung, saya tak akan memberi tahu Ibu.

Baca Juga: Puisi Di sebuah entah Karya Joko Pinurbo

Selamat Natal, Bu. Semoga hatimu yang merdu
berdentang nyaring dan malam damaimu
diberkati hujan. Sungkem buat Bapak di kuburan.

Itulah kumpulan contoh syair puisi.

***

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler