Puisi Hanya dalam Puisi karya Ajib Rosidi

5 Maret 2021, 13:46 WIB
Ilustrasi puisi. /Pixabay/Pexels/Pixabay

Tuban Bicara - Siapa yang tidak kenal dengan Ajib Rosidi? Ajip Rosidi (dibaca: Ayip Rosidi) merupakan sastrawan yang lahir di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat pada 13 Januari 1938.

Pendidikan formalnya SD di Jatiwangi (1950), SMP di Jakarta (1953) dan Tainan Madya di Jakarta (tidak tamat, 1956), selanjutnya otodidak.

Ia mula-mula menulis karya kreatif dalam bahasa Indonesia, kemudian telaah dan komentar tentang sastra, bahasa dan budaya, baik berupa artikel, buku atau makalah dalam berbagai pertemuan di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Baca Juga: Puisi Pertemuan Dua Orang Sufi

Ia banyak melacak jejak dan tonggak alur sejarah sastra Indonesia dan Sunda, menyampaikan pandangan tentang masalah sosial politik, baik berupa artikel dalam majalah, berupa ceramah atau makalah.

Dia juga menulis biografi seniman dan tokoh politik.

Ia mulai mengumumkan karya sastra tahun 1952, dimuat dalam majalah-majalah terkemuka pada waktu itu seperti Mimbar Indonesia, Gelanggang/ Siasat, Indonesia, Zenith, Kisah dan lain-lain.

Baca Juga: Puisi Jarak Karya Ajib Rosidi

Menurut penelitian Dr. Ulrich Kratz (1988), sampai dengan tahun 1983, Ajip adalah pengarang sajak dan cerita pendek yang paling produktif (326 judul karya dimuat dalam 22 majalah).

Bukunya yang pertama, Tahun-tahun Kematian terbit ketika usianya 17 tahun (1955), diikuti oleh kumpulan sajak, kumpulan cerita pendek, roman, drama, kumpulan esai dan kritik, hasil penelitian, dan lain-lain, baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda, yang jumlahnya kurang lebih seratus judul.

Baca Juga: Puisi Pertemuan Dua Orang Sufi

Beginilah karya Puisi Ajib Rosidi

Puisi Hanya Dalam Puisi

Dalam kereta api
Kubaca puisi: Willy dan Mayakowsky
Namun kata-katamu kudengar
Mengatasi derak-derik deresi.
Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan gunung-gunung
Lalu sajak-sajak tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang terbungkuk sejak pagi
Melalui hari-hari keras dan sunyi.

Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari mencari Hawa.

Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada situasi?

Dalam lembah menataplah wajahmu yang sabar.
Dari lembah mengulurlah tanganmu yang gemetar.

Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir: Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.

Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.

1968

Baca Juga: Puisi Pertemuan Dua Orang Sufi

Demikianlah karya Puisi Ajib Rosidi, semoga bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dalam belajar menulis Puisi.***

Editor: Edison T

Tags

Terkini

Terpopuler