Puisi Input dan Output Karya Gus Mus

25 Januari 2021, 19:12 WIB
Ilustrasi puisi. /PIXABAY/Carola68

Tuban Bicara - Siapa yang tidak kenal dengan Kyai satu ini, seorang penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim, dia telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama.

Ia kiyai yang bersahaja, bukan kiyai yang ambisius. Ia kiyai pembelajar bagi para ulama dan umat. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.

Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale (SMS), Promo Bulanan dari Shopee Bikin Belanja Bulanan Lebih Irit

KH Achmad Mustofa Bisri, akrab dipanggil Gus Mus, Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri.

Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur.

Ia dididik orangtuanya dengan keras apalagi jika menyangkut prinsip-prinsip agama.

Baca Juga: Puisi Istriku Karya Gus Mus

Namun, pendidikan dasar dan menengahnya terbilang kacau. Setamat sekolah dasar tahun 1956, ia melanjut ke sekolah tsanawiyah.

Baru setahun di tsanawiyah, ia keluar, lalu masuk Pesantren Lirboyo, Kediri selama dua tahun. Kemudian pindah lagi ke Pesantren Krapyak, Yogyakarta.

Di Yogyakarta, ia diasuh oleh KH Ali Maksum selama hampur tiga tahun. Ia lalu kembali ke Rembang untuk mengaji langsung diasuh ayahnya.

Baca Juga: Puisi Istriku Karya Gus Mus

Banyak karya puisi yang populer ditulisnya, sehingga para santri dan masyarakatnya memberikan gelar untuk dia seorang Kiai sekaligus Penyair, berikut ini karya puisi Gus Mus.

Puisi Input dan Output

Di mesjid-mesjid dan majlis-majlis taklim
berton-ton huruf dan kata-kata mulia
tanpa kemasan dituang-suapkan
dari mulut-mulut mesin yang dingin
ke kuping-kuping logam yang terbakar
untuk ditumpahkan ketika keluar.
Di kamar-kamar dan ruang-ruang rumah
berhektar-hektar layar kehidupan mati
dengan kemas luhur ditayang-sumpalkan
melalui mata-mata yang letih
ke benak-benak seng berkarat
untuk dibawa-bawa sampai sekarat.
Di kantor-kantor dan markas-markas
bertimbun-timbun arsip kebijaksanaan aneh
dengan map-map agung dikirim-salurkan
melalui kepala-kepala plastik

Baca Juga: Puisi Istriku Karya Gus Mus
ke segala pejuru urat nadi
untuk diserap sampai mati.
Di majalah-majalah dan koran-koran
berkilo-kilo berita dan opini Tuhan
dengan disain nafsu dimuntah-jejalkan
melalui kolom-kolom rapi
ke ruang-ruang kosong tengkorak
orang-orang tua dan anak-anak.
Di hotel-hotel dan tempat hiburan
beronggok-onggok daging dan virus
dengan bungkus sutera disodor-suguhkan
melalui saluran-saluran resmi
ke berbagai pribadi dan instansi
untuk dinikmati dengan penuh gengsi
Di jalan-jalan dan di kendaraan-kendaraan
berbarel-barel bensin dan darah
dengan pipa-pipa kemajuan ditumpah-ruahkan
melalui pori-pori kejantanan
ke tangki-tangki penampung nyawa
untuk menghidupkan sesal dan kecewa

Baca Juga: Puisi Istriku Karya Gus Mus

Demikin karya puisi Gus Mus, semoga bermanfaat bagi kalian semua dan menambah semangat untuk menulis puisi.***

Editor: Edison T

Tags

Terkini

Terpopuler