Puisi Dua Keinginan Karya Kahlil Gibran

20 Januari 2021, 20:10 WIB
Ilustrasi Puisi. /Pixabay

Tuban Bicara - Kahlil Gibran adalah seorang sastrawan yang lahir di Lebanon pada 6 Januari 1883 dan meninggal di New York City, Amerika Serikat, 10 April 1931 pada umur 48 tahun.

Dia adalah seorang seniman, penyair dan penulis yang mempunyai aliran romantik yang memadukan budaya timur dan barat.

Karyanya sudah banyak terkenal di berbagai belahan dunia dan karya yang paling populer adalah bukunya yang berjudul The Prophet.

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran

Pada masa masih kecil Kahlil Gibran tinggal di Bsharri bersama dengan kedua orang tuanya dan kedua saudara perempuannya.

Daerah yang ia tinggali itu terkenal dengan daerah yang sering tertimpa bencana alam yang terus melanda yang kelak akan menginspirasi Kahlil Gibran untuk membuat karya karya mengenai alam.

Hingga pada umur 10 tahun Kahlil Gibran bersama keluarganya pindah ke Boston, Massachusetts, Amerika Serikat karena kesuitan ekonomi di Lebanon.

Baca Juga: Puisi Guru Karya Kahlil Gibran

Di Amerika ia mulai belajar seni dan memulai karier sastra. Ia bersekolah umum di Boston.

Dua tahun bersekolah di sana bakat kesastraan dan melukisnya mulai menonjol sejak bersekolah di sekolah umum di Boston pada tahun 1895-1897.

Beginilah Karya Puisi Kahlil Gibran yang bisa kamu baca dengan waktu santai sembari menikmati secangkir kopi.

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran

Puisi Dua Keinginan
(Kahlil Gibran)

Di keheningan malam, Sang Maut turun atas hadrat Tuhan menuju ke bumi.

Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya.

Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan Sang Lelap.

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran
Ketika rembulan tersungkur di kaki langit, dan kota itu berubah warna menjadi hitam kepekatan,

Sang Maut berjalan dengan langkah tenang di celah-celah kediaman ¨C berhati-hati tidak menyentuh apa-apa pun ¨C

sehingga tiba di sebuah istana. Ia masuk melalui pagar besi berpaku tanpa sebarang halangan dan berdiri di sisi sebuah ranjang ,

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran

dan tika ia? menyentuh dahi? si lena, lelaki itu membuka kelopak matanya dan memandang dengan penuh ketakutan.

Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara ketakutan bercampur aduk kemarahan,

Pergilah kau dariku, mimpi yang mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat! Siapakah engkau ini?

Dan bagaimana mungkin kau memasuki istana ini? Apa yang kau inginkan? Tinggalkan rumah ini dengan segera!

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran

Ingatlah, akulah tuan rumah ini. Nyahlah kau, kalau tidak, kupanggil para hamba suruhanku dan para pengawalku? untuk mencincangmu menjadi kepingan!

Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan, Akulah kematian, berdiri dan tunduklah padaku.

Dan si lelaki? itu menjawab, Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan benda apa yang kau cari?

Baca Juga: Puisi Guru Karya Kahlil Gibran

Kenapa kau datang ketika urusanku belum selesai? Apa yang kau inginkan dari orang kaya berkuasa seperti aku?

Pergilah sana, carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri melihat taring-taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis,

dan mataku sakit menatap sayap-sayapmu yang menjijikkan dan tubuhmu yang meloyakan.

Namun selepas tersedar, dia menambah dengan ketakutan, Tidak, tidak, Maut yang pengampun,

jangan pedulikan apa yang telah kukatakan, kerana rasa takut membuat diriku mengucapkan kata-kata yang sesungguhnya terlarang.

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran

Maka ambillah longgokan emasku semahumu atau nyawa salah seorang dari hamba-hambaku, dan tinggalkanlah diriku­

Aku masih mempunyai urusan kehidupan yang belum selesai dan berhutang emas dengan orang.

Di atas laut aku memiliki kapal yang belum kembali ke pelabuhan, permintaanku..jangan ambil nyawaku­

Ambillah olehmu barang yang kau inginkan dan tinggalkanlah daku. Aku punya perempuan simpanan yang?

luarbiasa cantiknya untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya seorang putera tunggal yang kusayangi,

dialah sumber kegembiraan hidupku. Kutawarkan dia juga sebagai galang ganti, tapi nyawaku jangan kau cabut dan tinggalkan diriku sendirian.

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran

Sang Maut itu mengeruh,Engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak sedar diri.?

Kemudian Maut mengambil tangan orang hina itu, mencabut nyawanya, dan memberikannya kepada para malaikat di langit untuk menghukumnya.

Dan Maut berjalan perlahan di antara setinggan orang-orang miskin hingga ia mencapai rumah paling daif yang ia temukan.

Ia masuk dan mendekati ranjang di mana tidur seorang pemuda dengan kelelapan yang damai.

Maut menyentuh matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri di sampingnya,

ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, Aku di sini, wahai Sang Maut yang cantik.

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran

Sambutlah rohku, kerana kaulah harapan impianku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku,

kerana kau sangat penyayang dan tak kan meninggalkan diriku di sini. Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran.

Bawalah daku pada Ilahi. Jangan tinggalkan daku di sini.


Aku telah memanggil dan merayumu berulang kali, namun kau tak jua datang.

Tapi kini kau telah mendengar suaraku, kerana itu jangan kecewakan cintaku dengan menjauhi diri.

Peluklah rohku, Sang Maut yang dikasihi.


Kemudian Sang Maut meletakkan jari-jari lembutnya ke atas bibir yang bergetar itu,

mencabut nyawanya, dan menaruh roh itu di bawah perlindungan sayap-sayapnya.

Baca Juga: Puisi Fikiran dan Samadi Karya Kahlil Gibran
Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang ª ke dunia ¨C dan dalam bisikan amaran ia berkata,

Hanya mereka? di dunia yang? mencari Keabadianlah yang sampai ke Keabadian itu.

Dengan karya Puisi tersebut, semoga kamu termotivatis untuk semangat menulis dan memberikan semangat untuk kehidupan.***

Editor: Edison T

Tags

Terkini

Terpopuler