Sajak Si Burung Merak, 'Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia'

5 Januari 2021, 20:56 WIB
Ilustrasi Bulan Purnama /Pixabay

Tuban Bicara - Kumpulan Puisi Rendra yang Belum Pernah di publikasikan 'Doa untuk Anak Cucu' Penerbit Bentang. Cetakan Pertama, April 2013.

Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia

 

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja.

Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalanan.

Amarah merajalela tanpa alamat.

Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.

Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah.

 

O, Zaman edan!

O, malam kelam pikiran insan!

Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan.

Kitab undang-undang tergeletak di selokan.

Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan.

 

O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!

O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!

Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa

Allah selalu mengingatkan

bahwa hukum harus lebih tinggi

dari keinginan para politisi, raja-raja dan tentara.

 

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!

O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!

Berhentilah mencari Ratu Adil!

Ratu Adil itu tidak ada.

Ratu Adil itu tipu daya!

Apa yang harus kita tegakkan bersama

adalah Hukum Adil

 

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara.

Bau anyir darah yang kini memenuhi udara

menjadi saksi yang akan berkata:

Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat,

apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa,

apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan,

maka rakyat yang terkekang akan mencontoh penguasa,

lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya.

 

Wahai, penguasa dunia yang fana!

Wahai, jiwa yang tertenung sihir takhta!

Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?

Apakah masih akan menipu diri sendiri?

Apabila saran akal sehat kamu remehkan

berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap

yang akan muncul dari sudut-sudut gelap

telah kamu bukakan!

 

Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi.

Air mata mengalir dari sajakku ini.

Jakarta, 17 Mei 1998.

Baca Juga: [Cek Fakta] Kelangkaan Tahu-Tempe dari Produksi Kedelai Hingga Penjelasan Kementan

Baca Juga: Link Live Streaming Ikatan Cinta 5 Januari 2021 di RCTI, Klik dibawah Ini

Baca Juga: Lirik dan Chord Kunci Gitar Ebiet G. Ade Menjaring Matahari

Baca Juga: Lirik dan Chord Kunci Gitar Wali Si Udin Bertanya

Willybrordus Surendra Bhawana Rendra Brotoatmojo atau yang lebih dikenal dengan Ws. Rendra, lahir di kampung Jayengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada Kamis Kliwon, 7 November 1935, pukul 17.05.

Willy, begitu Rendra akrab disapa, ayahnya bernama Brotoatmojo, seorang guru bahasa Indonesia dan Jawa Kuno. Leluhur ayahnya dahulu para Tumenggung jago perang dan guru-guru bela diri. Nama kecil sang ayah adalah Sugeng.

Rendra beribukan Raden Ajeng Ismadillah. Dari ibunya, Rendra belajar tentang kebudayaan tradisional Jawa, seperti berpuasa, berendam, bicara sesuai dengan napas, juga lagu-lagu rakyat tembang dolanan.

Rendra menganggap semua sajaknya adalah 'anak-anaknya'. "Saya menulis puisi tidak bisa diprogramkan, kapan saja dan bisa di mana saja. Dalam situasi di mana saja merasa: kemaren dan esok adalah hari ini, bencana dan keberuntungan sama saja, langit di luar langit di badan, bersatu dalam jiwa". 

Ws. Rendra meninggal pada 6 Agustus 2009, Kamis malam Jum'at dan dimakamkan seusai shalat Jumat, 7 Agustus 2009 di 'Kampus Bengkel Teater Rendra' Desa Cipayung Jaya, Depok.

Editor: Imam Sarozi

Tags

Terkini

Terpopuler