Begini Dampak SKK Migas pada Daerah

- 20 Desember 2020, 16:30 WIB
Ilustrasi Industri Migas
Ilustrasi Industri Migas /gabriel uribe/Pixabay/gaburibe76

Tuban Bicara - Julius Wiratno Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di Jakarta, Sabtu 19 desember 2020 mengatakan industri migas memberikan nilai tambah untuk menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

Salah satunya, Proyek Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu memberikan kontribusi hingga Rp2,18 triliun untuk Bojonegoro, Jawa Timur. Inustri migas dijalankan diantaranya oleh PT Pertamina, PGN dan Pertagas.

Julius mengatakan, di level nasional setiap 1 juta dolar AS investasi migas dapat memberikan nilai tambah 1,6 juta dolar AS, menambah produk domestik bruto (PDB) 0,7 juta dolar As, dan membuka lapangan kerja bagi lebih dari 100 orang. Kontribusi ini di luar penerimaan negara dari sektor hulu migas.

Baca Juga: Menangkal Ormas Radikal, Kemenpora gelar JPI

“Ada juga dukungan industri hulu migas pada pembangunan daerah, baik dampak langsung maupun tidak langsung,” katanya dalam diskusi daring bertajuk "Peran Sektor Hulu Migas: Menggerakkan Roda Perekonomian Daerah”. Dikutip Tuban Bicara dari antaranews.com, Minggu.

Dia menjelaskan, dampak langsung keberadaan industri hulu migas bagi daerah ini mencakup dana bagi hasil (DBH) migas yang sudah diatur dalam perundang-undangan, jatah hak partipasi (participating interest/PI) sebesar 10 persen, pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD).

Selanjutnya, terciptanya bisnis penyedia barang dan jasa lokal, penyerapan tenaga kerja lokal, dan adanya tanggung jawab sosial. Kemudian, fasilitas penunjang operasi migas juga dapat digunakan oleh masyarakat, serta adanya pasokan gas untuk kelistrikan daerah, bahan bakar indystri, dan bahan baku industri turunan.

Baca Juga: Ajak generasi milenial Tetap Produktif dalam memanfaatkan YouTube untuk selalu berinovasi

Dampak tidak langsung, berasal dari perusahaan penunjang bisnis hulu migas. Rincinya, pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), bisnis penyedia barang dan jasa lokal, penyerapan tenaga kerja lokal, dan kucuran tanggung jawab sosial (TJS).

“Contohnya Proyek Banyu Urip berkontribusi Rp 2,18 triliun ke Bojonegoro yang mencakup vendor lokal, tenaga kerja lokal, material lokal, dan lainnya,” tutur Julius.***

Editor: Edison T

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x