Din Syamsuddin Sebut Isu Radikalisme Dijadikan 'Alat Pukul': untuk Mendeskreditkan Lawan Politik

13 Maret 2021, 10:45 WIB
Presidium KAMI Din Syamsuddin. /instagram

Tuban Bicara - Tokoh Moderasi Islam, Prof. Dr. Din Syamsudin, MA, memberikan apresiasi kepada Fraksi PKS karena telah mengadakan acara yang menurutnya sangat penting, yakni mimbar demokrasi.

Dalam mimbar tersebut, Din Syamsuddin menyebut temannya adalah "Moderasi Islam dari Kebangsaan Indonesia".

"Kenapa saya katakan penting? Karena kita saksikan ada fakta distorsi makna, pertama penggunaan istilah moderasi dan kemudian kebalikannya, intoleransi, radikalitas, dan ekstremitas," kata Din Syamsuddin, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube PKSTV pada Sabtu, 13 Maret 2021.

Baca Juga: Ungkap Kemungkinan Ada Lapisan Tambahan di dalam Bumi, Ilmuwan: Kami Menemukan Bukti

Dia menilai apa yang disebutkan tadi sudah dijadikan layaknya alat pemukul oleh tim yang berkuasa di Republik ini.

"Untuk memukul, kalau tidak mendeskreditkan lawan-lawan politik dalam satu pendekatan zero sum-game politics," ucap Din.

Menurutnya, apa yang tampil di pucuk kekuasaan itu sering dan cenderung berindikasi mengenyahkan lawan-lawan politik.

Baca Juga: Tanggapi Tudingan Makar, Prabowo Subianto: Saya Bersumpah untuk Jaga Negeri ini

Terutama bagi apa yang dianggap sebagai kekuatan dari oposisi yang kritis, yang sesungguhnya hanya ingin melihat dan berbuat sesuatu demi kehidupan kebangsaan.

"Oleh karena itu, percakapan seperti ini tentang moderasi Islam, dalam kaitan dengan kebangsaan mutlak perlu, terutama untuk menjernihkan dan sekaligus mencerahkan pihak yang perlu dicerahkan," ujar Din Syamsuddin.

Sebab jika tidak ada, maka itu merupakan bentuk ketakadilan, yang dikatakannya akan membawa kerusakan dalam kehidupan bersama.

Baca Juga: Sebut Majunya AHY Jadi Alasan 'Cabut' dari Demokrat, Ruhut Sitompul Mengaku Pernah Minta Tolong ke Jokowi

Dia mengungkapkan bahwa bukan hal yang mustahil, nantinya akan menciptakan ketakseimbangan, baik itu dalam soal politik, ekonomi, maupun budaya.

Dipaparkan olehnya, sebenarnya dalam makna moderasi, jika dikaitkan dengan Islam tidak terlalu pas, karena mengandung instruksi terhadap Islam yang lebih luas daripada sekadar the modern religion.

"Apalagi moderasi yang saya pahami dalam rasa bahasa Inggris, bisa diadopsi ke dalam bahasa Indonesia mengandung dimensi pengertian yang lemah, dan cenderung kompromis, dan cenderung mengesahkan secara permisif," tutur Din Syamsuddin.

Baca Juga: Mengaku Menerima Uang Rp100 Juta dan Balik Kanan Saat Ada yang Rancu, Rahman Dontili: KLB Cacat Hukum

Karenanya, dia mengaku sebagai salah satu yang tak setuju apabila diksi moderasi beragama atau moderasi Islam itu dipakai dan diutamakan.

"Terakhir menjadi agenda pemerintah Kementerian Agama yang bersamaan dengan itu dia juga dikembangkan mengenai radikalisme," ucapnya.

Pada akhirnya dibentuklah Satuan Tugas (Satgas) anti-radikalisme, yang jika merujuk pada undang-undang yang ada, pasal yang dipakai adalah radikalisme terorisme.

Baca Juga: Kode Redeem ML Terbaru 13 Maret 2021, Segera Tukar dan Dapatkan Double EXP, Simak Ulasannya!

"Terutama undang-undang nomor sekian tahun 2018 kalau tidak salah tentang terorisme, pasal yang dipakai dalam undang-undang itu adalah radikalime terorisme, yang sekarang dikembangkan radikalisme keagamaan, radikalisme politik," ujarnya.

Sebagaimana dijelaskan dalam artikel Sebut Isu Radikalisme Dijadikan 'Alat Pukul', Din Syamsuddin: Cenderung untuk Enyahkan Lawan Politik, Din Syamsuddin menyatakan hal itulah yang sedang terjadi saat ini, maka dalam konteks Islam sudah dikembangkan sebuah istilah yakni Wasathiyah Islam.

***

 

 

 

 

 

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: Bekasi Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler