Ingin Akhiri 'Perang tak Beradab', Joe Biden Dukung Pemulihan Ekonomi di AS

- 21 Januari 2021, 09:15 WIB
Presiden Joe Biden dan wakilnya, Kamala Harris
Presiden Joe Biden dan wakilnya, Kamala Harris /Instagram.com/@joebiden

Tuban Bicara - Presiden Amerika serikat, Joe Biden bersumpah untuk mengakhiri "perang tak beradab" di negaranya yang terpecah belah dan terguncang oleh ekonomi yang terpukul dan pandemi virus corona yang mengamuk telah menewaskan lebih dari 400.000 warganya. Dilantik sebagai presiden ke-46 Amerika Serikat pada Rabu, 20 Januari 2021.

Pada Rabu, 20 Januari 2021 Dolar jatuh terhadap sebagian besar mata uang pada akhir perdagangan. Karena sentimen risiko terangkat di tengah optimisme tentang paket stimulus besar-besaran di bawah pemerintahan baru Joe Biden yang kemungkinan akan mendukung pemulihan ekonomi AS.

Pemerintah baru diharapkan mendorong melalui Kongres rencana stimulus fiskal AS hampir dua triliun dolar AS.

Baca Juga: Organisasi Perburuhan Internasional Ungkap Ada Ratusan Ribu Pelaut Terdampar di Luat Karena Covid-19

“Pemilu dan masalah setelahnya, semuanya memainkan peran yang dramatis, tapi sekarang sudah berakhir. Joe Biden adalah presiden dan harapan stimulus, seperti beberapa pasar, berada pada rekor tertinggi,” kata Juan Perez, ahli strategi dan pedagang valas senior di Tempus Inc. di Washington.

"Setelah Anda tidak lagi yakin tentang sesuatu dan hal itu terwujud, optimisme keseluruhan tumbuh dan memberi jalan kepada narasi pemulihan global," imbuhnya.

Greenback melemah terhadap yen serta mata uang terkait dengan harga komoditas seperti dolar Australia, Kanada, Selandia Baru, dan krona Norwegia. Mencapai level terendah dua minggu terhadap yen.

Baca Juga: Menlu Retno Marsudi: Tiga Hal yang Perlu dilakukan Oleh Dunia Internasional

Dalam perdagangan sore, dolar turun 0,4 persen terhadap yen menjadi 103,54 yen, meluncur ke level terendah dua minggu di awal sesi ke 103,45 yen.

Dolar AS jatuh ke level terendah tiga tahun terhadap mata uang Kanada pada 1,2607 dolar Kandana, setelah bank sentral Kanada pada Rabu, 20 Januari 2021 memilih untuk tidak memangkas suku bunga. Greenback terakhir turun 0,7 persen pada 1,2642 dolar Kanada.

Sterling naik ke level tertinggi tiga tahun terhadap mata uang AS menjadi 1,3720 dolar, tetapi menyerahkan sebagian dari keuntungan itu menjadi diperdagangkan hanya naik 0,1 persen pada 1,3643 dolar.

Baca Juga: Kamuflase Politik Benny Wenda untuk Cari Eksistensi di Panggung Internasional

Kombinasi dari selera risiko yang tinggi di pasar global dan optimisme khusus Inggris mengangkat pound sterling pada Rabu, 20 Januari 2021.

Sementara itu, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,1 persen menjadi 90,483. Sejak awal tahun, indeks telah membukukan kenaikan 0,5 persen.

Data posisi berjangka masih menunjukkan bahwa investor kekurangan dolar karena mereka memperkirakan defisit anggaran dan transaksi berjalan akan membebani greenback. Dilansir Tubanbicara.com dari Antaranews.com

Baca Juga: Menpora RI Buka Internasional Virtual Wushu Championship Seri  ke-2

Euro melemah 0,2 persen terhadap dolar menjadi 1,2106 dolar.

Negara-negara Eropa sedang berjuang untuk menahan penularan virus corona di tengah kekhawatiran bahwa varian baru dapat menyebabkan penguncian yang lebih ketat dan lebih banyak kesulitan ekonomi.***

Editor: M Anas Mahfudhi


Tags

Terkait

Terkini

x