Kumpulan Puisi WS. Rendra : Kritik Terhadap Penguasa, Rendra 1989: Orang-Orang Rangkas Bitung

- 26 Mei 2022, 08:52 WIB
WS Rendra dalam suatu pementasan.
WS Rendra dalam suatu pementasan. /Tangkapan layar Antaranews.

 

Sajak Tahun Baru 1990

 

Setelah para cukong berkomplot dengan para tiran,
setelah hak asasi di Negara miskin ditekan
demi kejayaan Negara maju,
bagaimanakah wajah kemanusiaan?
Di jalan orang dibius keajaiban iklan
di rumah ia tegang, marah dan berdusta.
Impian mengganti perencanaan.
Penataran mengganti penyadaran.
Kota metropolitan di dunia ketiga
adalah nadi
dari jantung negara maju.
Nadi yang akan mengidap kanker
yang akan membunuh daya hidup desa-desa
dan akhirnya, tanpa bisa dikuasai lagi
menjadi jahat, hina dan berbahaya.

Baca Juga: Media Asing Ternama Sebut Liverpool Samai Rekor Real Madri di Liga Champions, Sang Kapten: I Didn’t Know


Itulah penumpukan yang tanpa peredaran.
Tanpa hak asasi tidak ada kepastian kehidupan.
Orang hanya bisa digerakkan
tapi kehilangan daya geraknya sendiri.
Ia hanya babi ternak
yang asing terhadap hidupnya sendiri.


Rakyat menjadi bodoh tanpa opini.
Di sekolah murid diajar menghapal
berdengung seperti lebah
lalu akhirnya menjadi sarjana memanggut.
Di rumah ibadah orang nerocos menghapal
dan di kampong menjadi pembenci
yang tangas membunuh dan membakar.
Para birokrat sakit tekanan darah
sibuk menghapal dan menjadi radio.

Baca Juga: Pelaku Penembakan 18 Siswa SD di Texas : Salvador Ramos Psikopat? Siapa Dia? Berikut Identitas Lengkap Ramos


Kenapa pembangunan tidak berarti kemajuan?
Kenapa kekayaan satu negara
membuahkan kemiskinan negara tetangganya?
Peradaban penumpukan tak bisa dipertahankan.
Lihatlah: kemacetan, polusi dan erosi!


Apa artinya tumpukan kekuasan
bila hidupmu penuh curiga
dan takut diburu dendam?
Apa artinya tumpukan kekayan
bila bau busuk kemiskinan
menerobos jendela kamar tidurmu?
Isolasi hanya menghasilkan kesendirian
tanpa keheningan
Luka orang lain adalah lukamu juga.
Sedangkan peradaban peredaran tak bisa dibina
tanpa berlakunya hak asasi.

Halaman:

Editor: Fery Murya Vandi


Tags

Terkait

Terkini

x