Kumpulan Contoh Syair Puisi Karya Gus Mus, Joko Pinurbo, W.S Rendra dan Sapardi Djoko Damono

- 12 Mei 2022, 13:40 WIB
Kumpulan Contoh Syair Puisi Karya Gus Mus, Joko Pinurbo, W.S Rendra dan Sapardi Djoko Damono
Kumpulan Contoh Syair Puisi Karya Gus Mus, Joko Pinurbo, W.S Rendra dan Sapardi Djoko Damono /Pexels/Thirdman

Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua. Ia
adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi
ayahku. Ayah sudah meninggal, ia dikuburkan di sebuah
makam tua di kampung itu juga, beberapa langkah saja
dari rumah kami. Dulu Ibu sering pergi sendirian ke
makam, menyapu sampah, dan kadang-kadang,
menebarkan beberapa kuntum bunga. “Ayahmu bukan
pemimpi,” katanya yakin meskipun tidak berapi-api, “ia
tahu benar apa yang terjadi.”

Baca Juga: Puisi Cat Air untuk Rizki Karya Sapardi Djoko Damono

Kini di makam itu sudah berdiri sebuah sekolah,
Ayah digusur ke sebuah makam agak jauh di sebelah
utara kota. Kalau aku kebetulan pulang, Ibu suka
mengingatkanku untuk menengok makam ayah,
mengirim doa. Ibu sudah tua, tentu lebih mudah
mengirim doa dari rumah saja. “Ayahmu dulu sangat
sayang padamu, meskipun kau mungkin tak pernah
mempercayai segala yang dikatakannya.”

Baca Juga: Puisi Sonet 4 Karya Sapardi Djoko Damono

Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, sambil
menengok ke luar jendela pesawat udara, sering
kubayangkan Ibu berada di antara mega-mega. Aku
berpikir, Ibu sebenarnya lebih pantas tinggal di sana, di
antara bidadari-bidadari kecil yang dengan ringan
terbang dari mega ke mega – dan tidak mondar-mandir
dari dapur ke tempat tidur, memberi makan dan
menyusui anak-anaknya. “Sungguh, dulu ayahmu sangat
sayang padamu,” kata Ibu selalu, “meskipun sering
dikatakannya bahwa ia tak pernah bisa memahami
igauan-igauanmu.”

Baca Juga: Puisi Sudah Lama Aku Belajar Karya Sapardi Djoko Damono


4. Joko Pinurbo

Surat untuk Ibu

Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu.
Saya lagi sibuk demo memperjuangkan nasib saya
yang keliru. Nantilah, jika pekerjaan demo
sudah kelar, saya sempatkan pulang sebentar.
Oh ya, Ibu masih ingat Bambang, 'kan?
Itu teman sekolah saya yang dulu sering numpang
makan dan tidur di rumah kita. Saya baru saja
bentrok dengannya gara-gara urusan politik
dan uang. Beginilah Jakarta, Bu, bisa mengubah
kawan menjadi lawan, lawan menjadi kawan.

Baca Juga: Puisi Tuhan datang Malam Ini Karya Joko Pinurbo

Halaman:

Editor: M Anas Mahfudhi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Terkait

Terkini

x