"Mereka mulai memukuli wajah saya, perut, dada, dan dari tulang kering hingga paha. Entah berapa ratus kali pukulan itu terus mendarat di tubuh saya, saya hanya bisa beristighfar dan sesekali takbir, setiap saya mengucapkan Takbir semakin keras mereka menyiksa saya," ucapnya.
"Inilah pengalaman menyakitkan selama saya hidup, terbacoknya saya dan digebukin di dalam kereta belum seberapa sakitnya dibandingkan malam pertama bersama Densus 88," tutup Sofyan.
***