"Apalagi malam sebelumnya Pak SBY sudah nge-twit, 'the good, the bad, the ugly'. Jadi kalau membaca twit ini kan yang dikudeta Demokrat, AHY sebagai Ketua Umum, sekarang siapa the bad-nya? Siapa the ugly-nya? Bisa ada beberapa tafsir," tutur M Qodari.
"Bisa jadi the bad-nya adalah Darmizal cs, the ugly-nya adalah Moeldoko, tapi bisa jadi the ugly-nya Jokowi, the bad-nya Moeldoko," sambungnya.
Oleh karena itu, M Qodari menilai, seharusnya dari awal Partai Demokrat tidak usah membawa-bawa nama Jokowi, karena itu merupakan tuduhan yang sangat serius.
"Makanya gak usah sebut nama Jokowi. Kalau mau menghentikan Moeldoko kan bisa telepon, sama-sama ajudan. Memang satu-satunya cara dengan mengirim surat?," kata M Qodari.
Baca Juga: Kebohongan Al Kembali Bikin Andin Sangat Kecewa, Sinopsis Ikatan Cinta 6 Februari 2021
M Qodari mengatakan, dengan mengirimkan surat ke Jokowi justru akan menimbulkan dua kelompok yang bertentangan (dikotomi) antara Jokowi dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan AHY.
"Kemudian timbul kesan bahwa ini akan menimbulkan dikotomi antara Pak Jokowi dengan Pak SBY dan Pak AHY," ujar M Qodari.
Menurutnya dalam artikel Soroti Surat AHY, M Qodari: Seolah-olah Aktornya Itu Pak Jokowi, Kalau Mau Hentikan Moeldoko kan Bisa Telepon, hal itulah yang justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan AHY dalam mengumpulkan suara untuk melengserkan posisinya, hingga akhirnya timbul ketegangan.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Sabtu 6 Februari 2021: Waduh! Nino Malah Fokus Selidiki Rendi