Network
Tuban Bicara - Harga kopi Gayo pada pertengahan bulan Nopember 2020 mengalami kenaikan, walau tidak signifikan.
Pun demikian, sebagian petani menganggap, harga tersebut masih belum menggembirakan jika dibandingkan sebelum covid-19 melanda.
Dikutip dari rri.co.id Ihwan, petani kopi di Aceh Tengah menyampaikan harga kopi merah saat ini dibeli agen pengepul Rp 70 ribu, mengalami kenaikan sebesar Rp 5 ribu jika dibandingkan dengan harga jual pada bulan Oktober 2020 lalu.
Baca Juga: Percepat Pembangunan Desa, Abdul Halim Iskandar Tegaskan Pentingnya Digitalisasi
“Ya tahun lalu, tahun sebelum covid, hitungan petani itu sekaleng Rp 120 ribu. Sekaleng ukuran kurang lebih 13 kg kopi. Sekarang harga sangat anjlok sekali, petani kekurangan 50 persen pendapatan,” ungkap Ihwan, Selasa 16 November 2020.
Sebelumnya petani kopi di Kecamatan Bintang, Sahwin mengungkapkan bahwa harga kopi di musim panen saat ini masih belum berpihak pada petani kopi. Berharap ada jalan keluar yang diberikan pemerintah agar nilai jual kopi Gayo mahal.
“Sangat minim harga kopi, udah tiga kali panen raya mungkin keadaan covid ini membunuh masyarkat Gayo. Sekarang udah Rp 50 sampai Rp 60 per kaleng. Apa yang bisa kami harap membantu dengan harga segitu,” ujar petani kopi, Sahwin.
Baca Juga: Ketua Umum PHRI: RUU Minol Kontraprodukitf
Rektor Universitas Gajah Putih Takengon, Eliyin meyakini, Pemerintah daerah tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah ekonomi petani kopi secara sendiri. Dibutuhkan peran pemerintah Provinsi dan pemerintah Pusat.
“Perlu turun tangan pemerintah Provinsi dan pemerintah Pusat. Provinsi misalkan apakah dengan system resi gudang juga atau melalui Dinas Perindustiran, perdagangan dan pemasaran yang lebih intens. Kemudian pemerintah Pusat juga harus turun tangan, misalkan mengatur regulasi tentang harga kopi secara domestic dan juga ke luar negeri, dan kalau bisa melibatkan gudang besar dibawah pemerintah pusat untuk resi gudang juga,” timpalnya lagi.
